Keberadaan mahasiswa di Jogja menjadi salah satu faktor penting penggerak perekonomian di DIY. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Sugeng Arianto mengatakan perekonomian di DIY diwarnai oleh pariwisata dan pendidikan.
Berdasarkan data BPS 2021, jumlah mahasiswa yang berkuliah di DIY mencapai 400.000 orang. Mereka tersebar di 135 perguruan tinggi di wilayah DIY dan memberikan multiplier effect secara ekonomi.
“Padahal penduduk DIY tercatat sebanyak 3,8 juta. Artinya, 10 persen lebih penduduk DIY adalah kalangan mahasiswa. Tentu proporsi mereka yang signifikan akan berpengaruh secara ekonomi di DIY,” katanya, Kamis (5/1/2022).
Keberadaan mahasiswa di DIY, lanjut Sugeng, mulai mobilitas dan aktivitasnya akan menggerakkan sektor lain di luar kewajiban mereka membayar biaya SPP/UKT. Tetapi aktivitas kehidupan kalangan mahasiswa sehari-hari, sangat mewarnai pergerakan ekonomi DIY. Sugeng menyontohkan, sejak pembelajaran tatap muka diberlakukan hampir setiap pekan digelar acara wisuda.
“Minimal yang datang saat wisuda ke Jogja tiga orang, seperti kedua orang tuanya. Mereka stay beberapa hari di Jogja. Mereka melakukan aktivitas ekonomi di Jogja. Kondisi ini berbeda saat pandemi yang (aktivitas pendidikan) digelar secara online, sangat berpengaruh kepada perekonomian di DIY,” kata Sugeng.
Yang menarik dan lepas dari pengamatan, lanjutnya, dari sisi inflasi di DIY dalam empat bulan terakhir. Saat kenaikan BBM pada April 2022, inflasi terus berlanjut hingga Juli. Hal berbeda terjadi saat kenaikan harga BBM pada September. “Berbeda saat September, Oktober, November, Desember. September setelah BBM naik, inflasi naik, tapi berbeda Oktober. Meski Oktober inflasi yang lain-lain kecil, tapi disebabkan oleh biaya pendidikan. Ini satu-satunya di Indonesia, khas sekali,” katanya.
Selama pandemi atau dua tahun terakhir katanya, penyelenggara pendidikan tinggi menahan diri untuk tidak menaikkan biaya pendidikan. Berdasarkan data Susenas BPS 2021 untuk survei biaya pendidikan, mahasiswa di DIY all in menghabiskan dana rata-rata Rp21 juta pertahun atau Rp1,7 juta per bulan.
Jika diasumsikan jumlah mahasiswa di DIY 400.000 orang dengan biaya hidup rata-rata Rp1,7 juta per bulan maka perputaran dana dari kalangan mahasiswa sebesar Rp680 miliar. Jumlahnya bisa naik signifikan dengan asumsi BI di mana rata-rata konsumsi mahasiswa sebelum pandemi berkisar pada Rp3 juta per bulan.
Selengkapnya baca di HarianJogja