PLTB Pertama dan Terbesar di Indonesia Beroperasi di Jogja 2015


Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bantul Tri Saktiyana menyatakan, pelaksanaan proyek itu kini terus mengalami kemajuan. Setelah sebelumnya dilakukan pengukuran lokasi dan pemasangan patok, pihak Bandara Surabaya yang mengatur lalu lintas udara, menurut dia, juga sudah memastikan, keberadaan kincir angin itu tidak akan mengganggu lalu lintas udara di Jogja.

“Kami baru saja berkoordinasi, kincir itu aman dari lalu lintas udara, selama tidak ada perubahan posisi bandara baru di Kulonprogo saat ini,” terang Tri Saktiyana, baru-baru ini.

Investor PLTB yaitu UPC Jogja Bayu dan Pemkab Bantul menjadwalkan ground breaking atau peletakan batu pertama pembangunan kincir tersebut September mendatang. Menurut dia, tidak butuh waktu lama untuk membangun kincir tersebut, sehingga pada tahun depan ditargetkan kincir itu sudah beroperasi.

Ada sekitar 20-25 titik kincir yang akan dibangun dan berjarak sekitar 100 meter dari bibir pantai. Kincir berdiameter 30 meter itu diyakini tidak akan hancur diterjang abrasi laut selatan yang sering terjadi beberapa tahun terakhir. “Desainnya sudah diperkirakan tahan terhadap abrasi, bahkan di luar negeri, kincir seperti itu di bibir pantai di laut juga ada yang banyak anginnya,” jelasnya.

Energi listrik yang dihasilkan dari kincir akan dikelola Perusahaan Listrik Negara (PLN). Alhasil, harga listrik yang dijual ke konsumen mengikuti harga yang ditetapkan PLN.

Tri Saktiyana menambahkan, bila PLTB ini jadi beroperasi pada 2015, maka Kabupaten Bantul merupakan daerah pertama di Indonesia yang menggunakan energi terbarukan dari kincir angin. Sebenarnya, kata dia, ada pembangkit listrik serupa di Bali namun kapasitasnya kecil tidak seperti yang dibangun di Bantul.

PLTB itu tidak hanya mampu menyuplai listrik untuk konsumen rumah tangga namun juga industri seperti tambang pasir besi dan Bandara Kulonprogo nantinya.
Proyek itu lanjutnya sesuai program pemerintah nasional yaitu menaikkan kuota energi terbarukan menjadi 15% dari posisi saat ini hanya 6% untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

via harianjogja

Baca Juga

Antara Aku dan Yogyakarta: Mulai dari Kisah Cinta Hingga Cara Hidup yang Manusiawi

7 Wisata Tersembunyi di Yogyakarta yang Layak Dijadikan Tujuan Liburanmu Berikutnya

8 Kuliner Ekstrem yang Sayang Dilewatkan Saat Kamu Bertandang ke Yogyakarta