Luapan Sungai Code yang terjadi Rabu (22/4/2015) malam merupakan yang terparah sejak tahun 1994 lalu. Warga RW 02 Bintaran Kidul pun mengatakan jika tak pernah merasakan kebanjiran separah ini sejak dibangunnya tanggul di sungai tersebut pada 1994.
Abdul Rohim salah satu warga RW 02 mengatakan jika banjir yang terjadi sejak pukul 20.30 WIB tadi mencapai lebih dari satu meter. Bahkan, aliran air pun dinilai cukup deras sehingga warga tak sempat menyelamatkan harta benda apapun.
“Ini pertama terbesar sejak tanggul dibangun tahun 1994 lalu dan kami benar-benar kaget tak menyangka air datang dengan cepat dan tinggi sekali lebih dari satu meter. Arusnya juga deras padahal saya di dalam rumah tadi, barang-barang ya rusak semua,” ungkapnya pada KRjogja.com
Menurut Abdul, banjir sebelumnya tak pernah separah ini terjadi. “Biasanya setengah jam sudah surut namun ini sampai dua jam masih belum juga bisa turun, berarti kan sangat besar kali ini,” imbuhnya.
Hingga berita ini diturunkan, ratusan pengungsi masih bertahan di aula Gereja Bintaran. Warga masih belum diperkenankan kembali ke rumah hingga air benar-benar surut.
Saat ini warga dari empat RT masih mengungsi di dua titik yakni Masjid At Thohid dan juga Gereja Bintaran. Suprihastuti Lurah Wirogunan mengatakan jika lebih dari 400 Kepala Keluarga (KK) terpaksa mengungsi karena rumahnya masih terdampak luapan Code.
“Total jiwanya ada 1401 totalnya dan saat ini para wanita, lansia dan anak-anak diungsikan di Masjid, Gereja dan Kelurahan lama sampai besok pagi hingga memastikan benar-benar surut,” ungkapnya.
Listrik pun masih dipadamkan oleh PLN dikarenakan akan sangat berbahaya apabila terjadi korsleting listrik. “Kami masih informasikan pada PLN untuk tetap mematikan listrik hingga benar-benar surut agar tak terjadi sesuatu hal pada masyarakat,” ungkap Ketua Harian SAR DIY, Ferry Ardiyanto.
via krjogja | foto @jogja24jam