Siapa yang tak kenal Jogja? Rasanya, kebanyakan sudah mengenalnya. Perkembangan Jogja sebagai salah satu destinasi wisata di Indonesia terlihat cukup cepat. Sayangnya ini tidak selalu sejalan dengan perkembangan penataan pembangunan.
Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada (UGM) Eka, menyadari akan pertumbuhan Kota Jogja dan berbagai polemik yang dihadapi masyarakat. Berangkat dari niat untuk membenahi Jogja, mahasiswa UGM yang tergabung dalam Kuliah Kerja Arsitektur (KKA) ini mulai melakukan diskusi untuk memberikan kontribusi terbaik mereka untuk lingkungan.
“Beranjak dari KKA ini, kami melakukan kunjungan kebeberapa tempat di luar negeri dan kemudian menemukan alternatif solusi yang kami bawa pulang untuk membenahi kondisi di Jogja, khususnya Kali Code, Kotagede dan Seturan,” jelas Eka kepada brilio.net, Kamis (8/4).
Tiga lokasi ini pun didesain dengan sangat apik tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki. Kali Code mewakili komunitas masyarakat, Kotagede mewakili budaya, dan Seturan sebagai daerah komersil.
Penataan Kali Code
Kali Code memiliki potensi yang baik untuk tempat masyarakat yang kreatif. Namun, keberadaannya yang berada pada bantaran sungai perlu dilakukan perbaikan.
“Kali Code adalah daerah yang potensial dan memiliki masyarakat yang kreatif, kami mencoba mengembalikan fungsi sungai dengan tidak menunjang komunitas masyarakat yang ada di sana, disediakan desain yang sinergi dengan kegiatan masyarakat,” jelas Ghina, anggota tim yang melakukan perancangan untuk Kali Code.
Mahasiswa-mahasiswa UGM ini berhasil memberikan desain yang dapat mengurangi dampak dari isu lingkungan dan air bersih dengan dibuatnya water tank untuk mengolah air hujan. Selain itu, disediakan tempat ruang publik untuk masyarakat bersosialisasi.
Untuk kebutuhan masyarakat sendiri, mereka pun mendesain shelter yang diperlukan oleh masyarakat Kali Code, seperti tempat membaca, taman bermain, ruang berjualan dan ruang untuk berkumpul dan berbagi.
Kotagede
Kotagede dipilih oleh mereka untuk mewakili budaya. Pemilihan ini bertujuan untuk mengembalikan nilai-nilai budaya yang pernah ada di daerah tersebut. “Kenapa Kotagede? sebab Kotagede merupakan kawasan yang memiliki cagar budaya dan sejarah yang kuat. Permasalahannya Kotagede saat ini masih kurang tertata dan upaya melestarikan budaya lokal mulai berkurang,” ujar Eka.
Mereka mendesain Kotagede di masa depan dengan membuat heritage walking free car zone, yaitu jelajah wisata sejarah dengan berjalan kaki. Selain itu, kondisi pasar di Kotagede pun dibuat lebih nyaman, menyelaraskan budaya dengan masyarakat sekitar.
Solusi untuk menataan Kotagede di masa depan yaitu, penataan sirkulasi, pengembangan ruang terbuka hijau, penambahan fasilitas jalan, penyeragaman dan revitalisasi pasar.
Seturan
Daerah Seturan merupakan daerah yang ada di Jogja yang memiliki perkembangan cukup pesat sebagai pusat komersial, namun masih kurang tertata. “Seturan merupakan salah satu wilayah yang memiliki perkembangan cukup pesat, namun yang hampir terlupa oleh masyarakat adalah letak dari Selokan Mataram yang berada di Seturan, Selokan Mataram adalah sesuatu yang sangat potensial,” lanjut Eka.
Potensi yang dimiliki oleh Seturan kemudian menjadi landasan munculnya ide kreatif dari mahasiswa ini untuk menciptakan Seturan sport park, Seturan plaza, dan Seturan woodland. Selain itu, sepeda kemudian menjadi kendaraan alternatif yang disediakan. Juga disediakan parkiran terpadu, sehingga dapat mengurangi macet.
Mereka juga menyediakan fasilitas untuk penderita difabel. Lampu jalan yang digunakan pun merupakan lampu jalan yang menggunakan teknologi photovoltaics yang dapat mengubah energi matahari dengan panel surya menjadi energi listrik.
Pemerintah daerah yang hadir dalam presentasi mereka memberikan respon positif terhadap ide brilian mereka dan berminat untuk mengembangkan ide mahasiswa ini. Melihat dari desain mereka, terbayang kan betapa nyamannya Jogja di masa depan?
via kaskus