Susuri Kali Code dengan Perahu Karet dan Ban Akan Dikembangkan


Mengembangkan wisata minat khusus, Kelompok relawan peduli lingkungan Sungai Code, Pamerti Code, berupaya mengembangkan aliran sungai yang membelah Kota Jogja dengan menyusuri aliran sungai dengan perahu karet atau ban mobil bekas.

“Guna mewujudkan harapan tersebut kami telah melakukan langkah awal dengan melakukan bersih Sungai Code. Mulai dari hulu, yaitu Sungai Boyong di Desa Purwobinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, hingga rencananya sampai ke hilirnya di daerah Kabupaten Bantul,” kata salah satu anggota Pemerti Kali Code Ariyanto, Minggu (30/8/2015).

Menurut dia, kegiatan pembersihan aliran sungai dari hulu sampai hilir ini sebelumnya memang melaksanakan program dari Pemda DIY.

“Setelah kegiatan bersih sungai berjalan setengahnya, kami melihat banyak ditemukan potensi wisata yang bisa digarap. Potensi wisata alternatif sungai itu ada. Jadi kemarin kita mulai mencoba mengembangkan wisata tubing di daerah Cokrodiningratan,” katanya.

Ia mengatkan, wisata Tubing, dengan menaiki ban menusuri sungai dirasa bisa berkembang di Kota Jogja, dengan menawarkan pemandangan pemukiman milik warga di bantaran dari sudut yang berbeda.

“Ada wisatawan yang sudah mulai mencoba. Memang belum bisa permanen, sekarang masih perlu dikembangkan potensi itu,” katanya.

Ariyanto mengatakan, kegiatan pembersihan kawasan sungai ini, sudah dilakukannya sejak April 2015, dari Sungai Boyong. Saat ini sampai di Sungai Code, sekitar daerah RSUP Sardjito, Jogja.

“Setiap hari sekitar 40 orang anggota mampu mengambil sampah-sampah plastik, sekitar seratus karung. Satu karung, beratnya 25 kilogram,” katanya.

Ia mengatakan, selain di Sungai Code, kegiatan bersih sungai juga dilakukan di Sungai Gajahwong, serta Winongo.

“Komunitas relawan lain juga melakukan di Sungai Gajah Wong dan Winongo. Oktober nanti diperkirakan sampai ke hilir di Bantul,” katanya.

Program ini, kata dia, memang difasilitasi Pemda DIY, terutama Badan Lingkungan Hidup (BLH) DIY yang membantu membawa sampah tersebut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), di Piyungan, Bantul.

Kasubid Pemulihan BLH Kota Jogja Pieter Laowasal, mengatakan memang ada wacana dari Pemerintah Kota Yogyakarta, aliran sungai dimanfaatkan untuk dijadikan wisata alternatif.

“Melihat Kota Jogja dari sungai, sehingga Kota Yogyakarta tidak hanya dikenal kulinernya saja. Tapi memang wisata sungai masih perlu ditata,” katanya.

Sumber HarianJogja | foto Indonesia.travel