Peralihan musim kemarau ke musim hujan, warga di DIY diminta mewaspadai angin puting beliung. Seperti diketahui, angin kencang kerap terjadi di saat peralihan musim atau pancaroba.
Ahli Cuaca dan Iklim UGM, Dr Emilya Nurjani menghimbau, apabila menemui awan berbentuk kembang kol atau colomunimbus di pagi, sementara berhari-hari sebelumnya panas, perlu diwaspadai akan ada angin kencang atau puting beliung di siang atau sorenya.
“Karena memang dari suhu udara yang tinggi tiba-tiba ada pendinginan, potensi untuk terjadinya angin kencang atau puting beliung tinggi,” jelas Emilya, sapaan akrabnya kepada Tribun Jogja.
Dia mengungkapkan, wilayah yang sedang terdapat proses pembangunan lebih rawan terjadi angin kencang. Sebab banyak dari bahan material yang mudah menyimpan panas.
Wisata Jogja : Tempat-tempat Menarik Sebagai Bukti Sudah Mengunjungi Jogja
Sehingga ketika mendapat tekanan rendah, maka potensi terjadinya angin puting beliung lebih besar.
Ke mana saja? : Panduan 2-3 Hari Berkunjung dan Menjelajahi Yogyakarta
Selain itu, lanjut Emilya, wilayah yang disekelilingnya masih banyak terdapat lingkungan hijau juga perlu diwaspadai sebagai daerah rawan angin kencang.
Pun menurutnya angin puting beliung dapat terjadi pula di mana saja, asal syarat terjadinya terpenuhi.
Dosen Fakultas Geografi UGM ini pun menyebut, Januari 2016 merupakan perubahan angin yang sebelumnya monsun Australia ke Asia menjadi sebaliknya. Sehingga semakin menuju ke Januari 2016, angin yang tertiup lebih kencang.
“Tapi ini tidak berpengaruh pada puting beliung. Karena puting beliung dipengaruhi faktor lokal yang saya sebutkan tadi,” ucap dia.
Sumber > TribunJogja
Berita Jogja : Waspada, 86 Desa di Sleman Rawan Angin Puting Beliung