Sebagian wilayah di DIY kini mulai masuk musim pancaroba atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Perubahan cuaca secara esktrim harus diwaspadai. Terutama angin kencang yang disertai hujan deras dalam tempo singkat.
Menurut Kasie Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY, Tony Agus Wijaya, pancaroba tersebut diawali dari wilayah Bantul serta Kulonprogo bagian selatan. “Secara bertahap akan bergeser ke utara. Paling akhir Sleman utara. Mulai awal Maret ini hingga pertengahan Mei mendatang,” paparnya, Rabu (5/3/2014).
Oleh karena itu, awal musim kemarau nantinya juga bervariasi antar daerah. Sedangkan selama pancaroba, cuaca dalam satu hari akan berubah-ubah. Pagi dan siang hari biasanya terik, kemudian mendekati sore muncul mendung dan turun hujan intensitas deras.
Baca Juga : Inilah Kota Dengan Harga Rumah Termurah
Pergantian cuaca dari terik ke mendung yang cukup cepat, imbuh Tony, memicu terjadinya angin kencang. Potensi angin kencang tersebut bisa mencapai 65 kilometer perjam. Bahkan tidak menutup kemungkinan dapat terjadi angin puting beliung serta petir. “Yang perlu diwaspadai adalah potensi angin kencang serta puting beliung itu,” tandasnya.
Meski masih ada hujan, namun kapasitasnya sudah mulai berkurang. Intensitasnya antara 50 hingga 100 milimeter perdasarian. Tapi karena hujan yang turun berlangsung singkat, maka tergolong lebat.
Wisata Jogja : Tempat-tempat Menarik Sebagai Bukti Sudah Mengunjungi Jogja
Sementara kesiagaan menghadapi musim pancaroba, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta turut mewaspadai pohon tumbang. Kepala BPBD Kota Yogyakarta, Agus Winarto mengaku, pihaknya sudah menjalin koordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH). Sebelum musim penghujan, kegiatan pemangkasan pohon yang dinilai rawan tumbang juga sudah dilakukan.
Ke mana saja? : Panduan 2-3 Hari Berkunjung dan Menjelajahi Yogyakarta
“Kami imbau agar masyarakat tidak berada di sekitar pohon rindang saat terjadi hujan lebat disertai angin kencang. Meski upaya pemangkasan sudah maksimal, tapi potensi bencana tetap ada,” terangnya.Â
via krjogja