YOGYAKARTA – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi tuan rumah penyelenggaraan Kongres Kebudayaan Jawa III, yang diselenggarakan 14-17 November 2022 di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center.
Pembukaan Kongres Kebudayaan Jawa III dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Asisten I Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Drs. Benny Sampirwanto, M.Si mewakili Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Penyelenggaraan Kongres Kebudayaan Jawa (KKJ) III tahun ini merupakan tindak lanjut dari Kongres Kebudayaan Jawa II yang diselenggarakan di Surabaya pada tahun 2018. Pada kongres kedua, menghasilkan rumusan Saptagati Budaya Jawa.
Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dian Lakshmi Pratiwi,S.S., M.A mengatakan KKJ II telah memberikan rekomendasi pada pemerintah tiga provinsi, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menindaklanjuti Saptagati Budaya Jawa.
Atas dasar amanah tersebut, maka Kongres Kebudayaan Jawa III pada tahun ini mengangkat tema “Kabudayan Jawa Anjayèng Bawana: Dari Saptagati Menuju Kebudayaan Global”.
“Kita ingin mengkonkritkan Saptagati yang menjadi rekomendasi KKJ II. Saptagati adalah tujuh keutamaan budaya jawa yang memang tampaknya belum terimplementasikan secara konkrit, sehingga KKJ III ini kita akan bicara langkah-langkah konkrit dengan satu tema bahwasanya budaya Jawa Anjayèng Bawana atau mendunia ini bukan sesuatu yang muluk-muluk, bukan sesuatu yang mengada-ada,” ujar Dian.
Saptagati atau Tujuh Keutamaan Budaya Jawa tersebut menyandang substansi sebagai berikut:
- Kebudayaan Jawa adalah Jatidiri Nasional bersama kebudayaan lokal lain;
- Kebudayaan Jawa adalah sendi dasar pembangunan bangsa, khususnya pada masyarakat Jawa;
- Kebudayaan Jawa adalah kekuatan pilar penyangga kesatuan negara RI;
- Kebudayaan Jawa adalah pagu nilai-nilai luhur perilaku kepemimpinan nasional;
- Kebudayaan Jawa adalah benteng penangkal erosi identitas lokal dan nasional;
- Kebudayaan Jawa adalah cahaya pemahaman nilai global dalam bingkai nasional;
- Kebudayaan Jawa adalah daya mental spiritual tata pergaulan internasional.
Menurut Dian, budaya Jawa yang mendunia ini berdasarkan amanat dari Saptagati, yang mana dari 12 karya budaya, lima karya berbasis budaya Jawa telah diakui oleh UNESCO.
Lima budaya Jawa tersebut antara lain adalah batik, wayang, keris, gamelan dan budaya panji.
“Jadi sudah saatnya mendiskusikan bagaimana implementasi berikutnya secara terukur dan menjadi komitmen tiga provinsi untuk menjadikan budaya Jawa sebagai budaya yang lebih dinamis dan progresif, sehingga akan mampu menjadi suatu gerakan yang memberi kontribusi bagi dunia,” jelas Dian.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya mengatakan bahwa kebudayaan adalah unsur penting dalam pembangunan berkelanjutan, sebagaimana kesimpulan yang dinyatakan dalam Konferensi UNCESCO di Meksiko pada 28-30 September 2022.
“Dengan demikian, budaya Jawa juga menjadi entitas yang sangat penting, sehingga perlu dilestarikan, dikembangkan dan diberdayakan,” ujar Sultan.
Sultan berharap, Kongres Kebudayaan Jawa III sejalan dengan tema yang diusung, yakni “Kabudayan Jawa Anjayèng Bawana: Dari Saptagati Menuju Kebudayaan Global”, dapat menjadi wadah inovasi dan kreasi aktualisasi budaya Jawa, agar memiliki daya-panggil, daya-gerak dan daya-ungkit serta daya-hidup.
“Kesemuanya itu dilakukan untuk membangkitkan “gumrégahing” masyarakat secara bersama-sama membangun kesejahteraannya sendiri. Saya berharap melalui kegiatan ini, budaya Jawa dapat menjadi jawaban atas berbagai tantangan zaman dan tantangan global, seiring dinamika yang menyertainya,” imbuh Sultan.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam sambutannya menegaskan pentingnya membangun komitmen untuk mewujudkan amanat dari Saptagati Budaya Jawa.
“Kebudayaan kita ada yang benda dan tak benda, kira-kira mana komitmen yang bisa kita lakukan. Bagaimana mengatur kelembagaannya, dan bagaimana meniupkan itu dalam keseharian menjadi sebuah kebiasaan yang diulang-ulang menjadi budaya. Itu butuh gerakan,” kata Ganjar.
Ganjar juga menjelaskan komitmen yang bisa dilakukan dalam mengimplementasikan setiap nilai substansi dalam Saptagati tersebut.
Salah satunya, Kebudayaan Jawa adalah sendi dasar pembangunan bangsa, khususnya pada masyarakat Jawa. Karya budaya, baik benda maupun tak benda termasuk nilai-nilainya, menurut Ganjar, penting untuk dikembangkan.
“Nilai global dalam bingkai nasional, menurut saya, sangat mungkin dilakukan, tetapi dunia digital juga mesti kita kuasai. Mungkin budaya Jawa, yang ketika kita sebarkan, bisa menggunakan bahasa apapun yang ada di sana,” jelas Ganjar.
Sebagaimana dalam sambutan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang disampaikan oleh Asisten I Sekda Provinsi Jawa Timur, Drs. Benny Sampirwanto, M.Si, kecanggihan teknologi melipat ruang dan waktu, dampaknya masyarakat dunia dapat mengunggah dan mengunduh jutaan informasi dari seluruh penjuru dunia dalam hitungan detik.
Hal ini pun mendorong jutaan produk pertunjukkan diunggah dan diunduh melalui berbagai media sosial lewat media digital genggam dalam berbagai ragam kualitas, ragam etnik, visi dan misi.
“Dalam kondisi demikian kita dihadapkan pada tantangan menghadapi gegar budaya, Jawa harus segera merumuskan politik kebudayaan menyambut dunia global,” ujarnya.
Baca Juga
Antara Aku dan Yogyakarta: Mulai dari Kisah Cinta Hingga Cara Hidup yang Manusiawi
7 Wisata Tersembunyi di Yogyakarta yang Layak Dijadikan Tujuan Liburanmu Berikutnya
8 Kuliner Ekstrem yang Sayang Dilewatkan Saat Kamu Bertandang ke Yogyakarta