JOGJA — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah mengungkapkan temuan penting bahwa tsunami raksasa di wilayah selatan Jawa terjadi secara berulang dengan siklus sekitar 600–800 tahun.
Temuan ini merupakan hasil penelitian paleotsunami yang dilakukan oleh tim Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG). Peneliti Ahli Madya PRKG BRIN, Purna Sulastya Putra, menjelaskan bahwa paleotsunami adalah kajian ilmiah untuk mengidentifikasi kejadian tsunami purba yang tidak tercatat dalam sejarah manusia.
“Penelitian ini sangat penting, karena selatan Jawa terus berkembang dengan pembangunan infrastruktur strategis, sementara ancaman tsunami raksasa yang berulang belum sepenuhnya dipahami dan diantisipasi,” kata Purna dalam keterangan resmi yang dikutip pada Minggu (17/8/2025).
Baca Juga : Inilah Kota Dengan Harga Rumah Termurah
Salah satu temuan krusial dari BRIN adalah lapisan sedimen tsunami purba berusia sekitar 1.800 tahun yang ditemukan di berbagai lokasi di selatan Jawa, seperti di Lebak, Pangandaran, dan Kulonprogo. Menurut Purna, sebaran yang luas di banyak lokasi menunjukkan bahwa jejak ini merupakan hasil dari tsunami raksasa akibat gempa megathrust dengan kekuatan magnitudo 9,0 atau lebih.
“Ini bukan satu-satunya. Jejak tsunami raksasa lainnya ditemukan berumur sekitar 3.000 tahun lalu, 1.000 tahun lalu, dan 400 tahun lalu,” katanya.
Wisata Jogja : Tempat-tempat Menarik Sebagai Bukti Sudah Mengunjungi Jogja
Penelitian paleotsunami dilakukan melalui pengamatan lapangan, terutama di lingkungan rawa dan laguna, di mana sedimen laut yang terbawa oleh gelombang tsunami lebih mudah dikenali dan terawetkan.
Ke mana saja? : Panduan 2-3 Hari Berkunjung dan Menjelajahi Yogyakarta
Untuk memastikan bahwa lapisan tersebut benar-benar merupakan endapan tsunami, dilakukan analisis lanjutan, seperti uji mikrofauna, kandungan unsur kimia, hingga penanggalan radiokarbon. Purna menyatakan bahwa tantangannya adalah tidak semua endapan tsunami purba dapat bertahan utuh dan terawetkan dengan baik.
Selain itu, membedakan dengan sedimen akibat proses-proses lain seperti banjir atau badai pun memerlukan kehati-hatian. BRIN menilai, dengan jumlah penduduk yang diperkirakan lebih dari 30 juta orang akan terekspos di pesisir selatan Jawa pada 2030, ancaman ini perlu menjadi perhatian serius.
Sumber Harianjogja | foto ilustrasi