Buruh Cuci dari Bantul ini Bisa Kuliahkan Anaknya S3 di Jepang


Siapa bilang pendidikan tinggi hanya dapat diraih oleh orang-orang dengan latarbelakang ekonomi tinggi. Di Ketandan Kulon, Imogiri Bantul seorang buruh cuci bernama Yuniati (49) mampu menyekolahkan putra pertamanya Satya Chandra Wibawa Sakti (29) hingga jenjang S3 di Universitas Hokaido, Jepang.

Ditemui di rumahnya yang sangat sederhana, Yuniati menceritakan kisah hidup hingga dapat menyekolahkan sang anak dengan harapan memperoleh kehidupan yang jauh lebih baik dari dia. Pekerjaan mulai dari buruh cuci hingga pengasuh bayi pun dilakukan untuk memperoleh dana untuk biaya sekolah sang putra. 

“Saya mau jadi apapun asal halal akan saya lakukan karena saya ingin anak-anak saya punya ilmu tinggi tidak seperti orang tuanya ini. Jadi sejak dulu saya terus bekerja untuk biaya sekolah anak-anak saya,” ungkapnya. 

Dengan penuh perjuangan, Yuniati bersama sang suami Pebdi Nuryanto yang juga bekerja serabutan pasangan suami istri tersebut bekerja keras mengais rejeki untuk kedua anaknya. Berhutang, itu pasti namun semangat keduanya untuk melepaskan belenggu kemiskinan untuk kedua anaknya patut diacungi dua jempol. 

“Ada juga kami berhutang, tapi anak-anak tidak perlu tahu. Kami tidak ingin mereka minder dalam pergaulan. Alhamdulillah akhirnya bisa sejauh ini,” ungkapnya. 

Saat ini, sang anak Sakti telah berhasil menyelesaikan studi doktornya di Hokaido Jepang. “Agustus kemarin lulus S3 di jurusan Kimia dan akhir tahun nanti pulang ke Yogya, alhamdulillah sekali,” imbuhnya tersenyum. 

Sementara itu puteri keduanya, Oktaviana Ratna Cahyani (27) saat ini menjadi perawat di Rumah Sakit Harjolukito usai tamat sekolah perawat Bethesda. “Yang nomor dua sudah bekerja juga tapi sekarang tinggal bersama suami dan anaknya karena sudah berkeluarga duluan daripada kakaknya,” lanjutnya. 

Cerita pahit pernah dialami keluarga tersebut yang harus berhutang ketika Sakti masuk S1 UNY. Namun, karena prestasi gemilang sang anak, pemerintah Kabupaten Bantul kala itu memberikan beasiswa yang menurut dia sangat meringankan. 

“Ketika itu saya diminta membayar uang pangkal Rp 4 Juta tapi saya hanya punya Rp 2 Juta dan tanpa pikir panjang saya menemui Pak Idham Samawi dan dibantu melalui dana bantuan sosial Rp 2 Juta dan alhamdulillah sekali bisa melewati masa itu,” kenangnya. 

Sumber KRJogja

Baca Juga

Antara Aku dan Yogyakarta: Mulai dari Kisah Cinta Hingga Cara Hidup yang Manusiawi

7 Wisata Tersembunyi di Yogyakarta yang Layak Dijadikan Tujuan Liburanmu Berikutnya

8 Kuliner Ekstrem yang Sayang Dilewatkan Saat Kamu Bertandang ke Yogyakarta


CLOSE
CLOSE