Masyarakat diminta untuk waspada potensi bencana hidrometeorologi. Sebab curah hujan tinggi diprediksi terjadi hingga Maret mendatang. Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Sleman Etik Setyaningrum mengatakan, curah hujan dua bulan ke depan diperkirakan berkisar 200-500 mm/blm. “Kriteria menengah hingga tinggi,” ujarnya kemarin (12/2).
Berdasarkan analisis dinamika atmosfer terkini, Etik menyebut, pergerakan monsun asia atau angin baratan yang biasanya membawa hujan semakin menguat di wilayah Pulau Jawa. Khususnya wilayah DIY. Angin baratan yang menguat menyebabkan potensi munculnya hujan sedang hingga lebat pada bulan ini. “Diperkirakan berakhirnya musim hujan April hingga Mei,” bebernya.
Etik menegaskan, selama musim hujan perlu diwaspadai bencana hidrometeorologi. Di antaranya banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Terutana di daerah potensi rawan bencana di DIJ. Selain itu, juga perlu upaya penyesuaian di sektor pertanian menyikapi kondisi iklim yang sedang berlangsung. Hal ini agar tidak terjadi gagal panen. “Masyarakat mulai memepersiapkan diri untuk menghadapi musim hujan. Khususnya petani untuk mementukan pola tanam yang disesuaikan dengan awal musim hujan pertengahan Oktober,” jelasnya.
Sementara itu, BPBD Sleman melaporkan dampak hujan lebat dan angin kencang yang menyebabkan pohon roboh dan kerusakan rumah warga belakangan ini. Pada Sabtu (11/2), terjadi hujan dengan intesitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang. “Angin Kencang di Kapanewon Depok, Prambanan, Ngaglik, Kalasan, Ngemplak, dan Godean. Satu orang luka ringan di bagian tangan,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Sleman Makwan.
Selengkapnya di Radar Jogja