
JOGJA — Gubernur DIY Sri Sultan HB X menyampaikan pesan kepada ribuan perangkat kalurahan dan petugas jaga warga yang hadir dalam acara Jogja Pandu Peradaban Nusantara Menuju “Hamemayu Hayuning Bawana” di JEC, Banguntapan, Bantul, pada hari Sabtu, 18 Januari 2025.
Sultan menekankan pentingnya memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan tindakan nyata dan berkolaborasi dalam budaya demi pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan negara. “Setelah pesta demokrasi, saatnya kehidupan menemukan bentuk yang sesungguhnya. Kini, waktu tidak lagi untuk perayaan, atau untuk melanjutkan ketegangan di dunia maya,” ungkap Sultan.
Sultan berpendapat bahwa seharusnya waktu yang tersedia digunakan untuk tindakan nyata dan kolaborasi budaya dalam rangka pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini sejalan dengan tema yang diusung dalam filosofi “Hamemayu Hayuning Bawana”.
Filosofi tersebut mengandung kewajiban “Tri Satya Brata”, yang pertama adalah “rahayuning bawana kapurba waskitaning manungsa”, yang berarti kesejahteraan dunia bergantung pada manusia yang memiliki kepekaan, serta bagaimana manusia dapat menjalin harmoni dengan alam.
Kedua, “darmaning manungsa mahanani rahayuning negara” yang mengandung arti bahwa tanggung jawab manusia adalah untuk menjaga keselamatan negara. Selanjutnya, yang ketiga adalah “rahayuning manungsa dumadi karana kamanungsane” yang berarti bahwa keselamatan manusia ditentukan oleh kemanusiaannya sendiri.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pada dasarnya, makna yang terkandung dalam “Hamemayu Hayuning Bawana” adalah misi luhur manusia untuk senantiasa melakukan perbuatan baik terhadap sesama dan lingkungan, sebagai wujud nyata dari keberadaannya, dengan menjalankan perannya masing-masing, sekecil apapun itu,” tambah Sultan.
Sultan menyatakan bahwa cita-cita Pandu Nusantara saat ini harus terus menerus ditransformasikan agar tetap menjadi budaya hidup atau living tradition. Di mana, budaya tidak hanya sekadar menjadi kata benda, tetapi juga berfungsi sebagai kata kerja yang aktif dan produktif di era modern, melalui pendekatan yang teknokratis, sistematis, dan berkelanjutan.
Selengkapnya di harianjogja | foto @humasjogja
Baca Juga
Antara Aku dan Yogyakarta: Mulai dari Kisah Cinta Hingga Cara Hidup yang Manusiawi
7 Wisata Tersembunyi di Yogyakarta yang Layak Dijadikan Tujuan Liburanmu Berikutnya
8 Kuliner Ekstrem yang Sayang Dilewatkan Saat Kamu Bertandang ke Yogyakarta