Peristiwa 1 Juni 1945 merupakan peristiwa penting bagi bangsa Indonesia. Karena pada hari itu Bung Karno telah membidani lahirnya Pancasila. Sejak saat itu hingga kini, Pancasila menjadi rumah bersama seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam orasi kebangsaan pada Konser Indonesia Damai #PancasilaRumahKita. Bertempat di Lapangan Grha Sabha Pramana UGM pada Jumat (01/06), Konser Indonesia Damai diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila.
Assalamu’alaikum wr. wb.
Salam kasih bagi kita semua, Syalom,
Namo Buddhaya, Om Swastiastu,
Baca Juga : Inilah Kota Dengan Harga Rumah Termurah
Segenap Hadirin, Penghuni Pancasila Rumah Kita,
yang saya hormati,
TEPAT 1 Juni 1945, 73 tahun lalu, Bung Karno membidani “Lahirnja Pantja Sila”, tatkala bangsa ini dalam proses “Menjadi Indonesia”. Lalu, pada 18 Agustus 1945, Pancasila jadilah Rumah Kita, sejak dikukuhkan dalam UUD 1945 sebagai Dasar Negara.
Wisata Jogja : Tempat-tempat Menarik Sebagai Bukti Sudah Mengunjungi Jogja
Sebagai Rumah Kita, Pancasila bagai tempat berteduh, seperti lirik lagu Franky Sahilatua “untuk cinta sesama”. Rumah berbagi gagasan, membangun asa, guna merajut masa depan.
Ke mana saja? : Panduan 2-3 Hari Berkunjung dan Menjelajahi Yogyakarta
Tapi kini, Rumah Kita lagi diterjang petaka dari manca, paham yang tak kita kenal. Terus digoyang, agar lima tiang utamanya roboh menimpa kita semua.
Harmoni kehidupan, bak warna-warninya bunga di tamansari dunia, diinjak-semena demi selfie bagi egoisme diri. Sungguh, awal sebuah kesedihan menuju perpecahan! Ia menggores jiwa, meretakkan sayap-sayap Garuda Pancasila.
Kini, rakyat bertanya: Mengapa Bumi Nusantara ini terus diusik oleh mereka yang mendua hati? Kenapa Pancasila selalu disulut ancaman radikalisasi dan intoleransi? Bukankah kita dambakan harmoni, bukan antipati? Damai bukannya bertikai? Andaikan sejarah cermin rujukan, bukankah setiap kita, satu hati bagi NKRI?
Kini, Ibu Pertiwi tercenung, merana dan menangis seraya berdoa. Karena anak-anaknya larut dalam debat tak sehat. Terjebak pada greget-saut, bukannya suluk Ki Dalang yang menenteramkan hati dan menyejukkan nurani.
Boedi Oetomo penyemai cita-cita, Soempah Pemoeda penegas bingkainya, Proklamasi tonggak perwujudannya, dan Pancasila pengikat yang menyatukan kita.
Benar kata Bung Karno, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Dan, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah bangsa kita.
Maka, guna menguatkan pengikat sejarah perjuangan bangsa ke depan, camkanlah pesan ini, teriring Salam Lima Jari pengusir dengki:
Pancasila…
Janganlah kau puja
layaknya AZIMAT keramat
Tapi…
Jadikanlah ia,
KHIDMAD yang manfaat
Pancasila…
Janganlah kau simpan
bagai MONUMEN di keranda mati
Tapi…
Gunakanlah ia,
MOMEN gumregahnya aksi
Pancasila…
Janganlah kau teriakkan
dengan bahasa BASA-BASI
Tapi…
Gemakan suara,
bak GENTA REVOLUSI,
SATUKAN NEG’RI.
Semoga Tuhan menyertai kita semua. Selamat Hari Lahir Pancsila, 1 Juni 2018. Semoga hari ini menandai awal kebangkitan baru dari Yogya untuk Indonesia!
Sekian, terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Salam damai dalam kasih-Nya,
Semoga semua makhluk-Nya berbahagia,
Om Çanti, Çanti, Çanti, Om.
Kampus Universitas Pancasila UGM, 1 Juni 2018
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
HAMENGKU BUWONO X
Sumber > KRJogja | foto @humasjogja
