JOGJA — Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menegaskan komitmennya untuk membangun infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia. Salah satu proyek strategis yang sedang dilaksanakan adalah Jembatan Pandansimo di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang akan berfungsi sebagai penghubung penting bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan selatan Jawa.
Menteri PU Dody Hanggodo menyatakan bahwa pembangunan jembatan ini menjadi prioritas utama untuk mempercepat distribusi logistik dan membuka akses ke kawasan selatan Yogyakarta.
“Dengan selesainya Jembatan Pandansimo, waktu tempuh antarwilayah akan berkurang secara signifikan, biaya operasional kendaraan akan lebih efisien, dan akses menuju pusat produksi pertanian, perikanan, serta destinasi wisata akan semakin terbuka lebar,” ungkap Dody, pada hari Minggu (10/8/2025).
Baca Juga : Inilah Kota Dengan Harga Rumah Termurah
Jembatan Pandansimo akan menghubungkan Ruas Jalan Congot–Ngremang (Kabupaten Kulon Progo) dengan Pandansimo–Samas (Kabupaten Bantul). Proyek ini merupakan bagian dari Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) DIY yang memiliki panjang sekitar ±110 km, yang diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pembangunan antara pesisir utara dan selatan Jawa.
Target operasi dijadwalkan pada September 2025. Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Tengah – DIY, Moch. Iqbal Tamher, menjelaskan bahwa jembatan ini memiliki panjang total penanganan 2.300 meter dengan lebar rata-rata 24 meter.
Wisata Jogja : Tempat-tempat Menarik Sebagai Bukti Sudah Mengunjungi Jogja
“Nilai kontrak untuk proyek ini mencapai Rp863,7 miliar yang bersumber dari APBN dengan masa pelaksanaan selama 579 hari kalender. Saat ini, kami sedang menyelesaikan Audit Keselamatan Jalan untuk memastikan bahwa jembatan ini aman dan nyaman sebelum dibuka untuk umum,” jelas Iqbal.
Ke mana saja? : Panduan 2-3 Hari Berkunjung dan Menjelajahi Yogyakarta
Berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan pada tahun 2017, pengoperasian JJLS di DIY diperkirakan dapat memangkas biaya operasional kendaraan hingga 13,11% atau setara dengan Rp1,4 triliun per tahun, menghemat waktu tempuh hingga 20 menit, serta meningkatkan nilai produksi komoditas di wilayah tersebut sekitar 18,6% atau Rp7,7 miliar per tahun.
Selengkapnya di Rentak.id