Perhelatan besar seni rupa Biennale Jogja XIII yang telah dimulai sejak tanggal 1 November 2015 di Jogja National Museum telah memasuki masa pungkasan. Edisi ketiga Biennale Ekuator yang mempertemukan seniman Indonesia dengan seniman Nigeria ini akan berakhir tepatnya pada Kamis, tanggal 10 Desember 2015 mendatang, dengan ditandai KARNAVAL JALISTIWA.
KARNAVAL JALISTIWA: Jalaran Jalanan Khatulistiwa mengambil rute sepanjang 1,2 KM, dimulai dari Sekolah Menengah Kesenian Indonesia (SMKI) di Bugisan menuju Jogja National Museum, Wirobrajan pada pukul 15.00 -17.00 WIB. Atraksi kelompok akan berlokasi di seputar perempatan bersejarah Wirobrajan.
Khatulistiwa yang hangat sepanjang tahun memberi warna dan keanekaragaman melimpah. Biennale Jogja mengambil wilayah ini sebagai tema yang diolah oleh para seniman. Arak-arakan visual beragam karakter dari 15 komunitas kreatif untuk menandai perpindahan gerak Biennale Jogja dari belahan Bumi sebelah Barat ke belahan Timur. Menyeberang Altantik dari Afrika menuju Amerika Latin.
Karnaval Visual JALISTIWA menunjukkan semangat percaya diri dan mandiri dalam menempuh segala tantangan untuk meraih cita-cita. Diikuti oleh:
- Topeng-topeng PramPin Gunung Kidul
- Kursi-kursi kehormatan Bengkel Mime
- UFO tertangkap DGTMB
- Perang KNALPOT Punkasila dan Fitri Setyaningsih
- Kreasi Tani Giripeni Kulon Progo
- Bregodo Mataram
- ketjilbergerak
- Gayam 16
- Street Slam Odong-odong Emeka Udemba
- Pitpaganda, dll
Kemeriahan Karnaval Visual JALISTIWA akan dipungkasi dengan gelaran eksperimen Kethoprak HIPHOP dengan lakon “Damarwulan Minakjinggo Melintas Atlantik”. Pemain Utama lakon Darmawulan Minakjinggo adalah para pemusik HIPHOP Jogja dan senior dunia kethoprak Marwoto dan Denbaguse.
foto: Bengkel Mime
Baca Juga
Antara Aku dan Yogyakarta: Mulai dari Kisah Cinta Hingga Cara Hidup yang Manusiawi
7 Wisata Tersembunyi di Yogyakarta yang Layak Dijadikan Tujuan Liburanmu Berikutnya
8 Kuliner Ekstrem yang Sayang Dilewatkan Saat Kamu Bertandang ke Yogyakarta