Monday, November 10, 2025
HomeBerita JogjaKenapa Harga Rumah di Jogja Semakin Mahal. Dosen ini Ungkap Penyebabnya

Kenapa Harga Rumah di Jogja Semakin Mahal. Dosen ini Ungkap Penyebabnya

JOGJA — Tingginya harga hunian di Jogja tidak tanpa alasan. Kota ini seolah menjadi magnet finansial bagi berbagai kalangan. Posisi Jogja sebagai pusat pendidikan, destinasi wisata, pusat studi budaya, dan tempat untuk menikmati masa pensiun, menjadikan investasi hunian di sini bagaikan gunung emas yang terus menjulang.

Dosen Program Studi Analisis Keuangan Digital di Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia, yang juga merupakan mantan praktisi perbankan, Aidha Trisanty, menjelaskan bahwa banyak pihak dari luar daerah yang memanfaatkan Jogja sebagai lokasi investasi hunian. Berbagai model bisnis muncul, mulai dari pembangunan vila dan homestay, pendirian kluster eksklusif, hingga penyediaan perumahan berbasis sewa kontrak.

Fenomena ini menarik, karena di kota-kota lain, perumahan biasanya dijual, bukan disewakan oleh pengembang. “Tingginya harga rumah di Jogja disebabkan oleh tingginya permintaan. Hal ini berkaitan dengan terbatasnya supply atau penawaran, sementara jumlah pencari terus meningkat. Inilah yang mendorong munculnya model bisnis hunian baru yang sesuai dengan standar pasar,” ujarnya.

Aidha menambahkan bahwa banyak pengusaha dari luar Jogja yang membeli tanah di kota ini tanpa mempertimbangkan harga. Akibatnya, muncul perilaku konsumen baru, di mana standar harga bangunan akan disesuaikan dengan kemampuan finansial pembeli tanah.

“Ini berarti, ketika kita menjual di atas harga pasar, akan selalu ada orang yang mau membeli. Kemudian, pemilik lain yang melihat harga ini, secara otomatis akan menjual dengan harga yang sama-sama tinggi karena tetap laku. Hal ini akhirnya menjadi standar harga rumah yang tetap di Jogja,” jelasnya.

Kondisi ini jelas menyulitkan masyarakat ekonomi kelas menengah, bahkan masyarakat asli Jogja, untuk memiliki rumah. Akhirnya, perumahan yang dibangun tidak ditujukan bagi warga Jogja atau perantau dengan gaji rendah.

“Saya kebetulan memiliki data mengenai harga rumah di wilayah Wedomartani. Lokasinya berada di desa dengan luas bangunan sekitar 80 meter, namun harganya diminta lebih dari Rp 1 Miliar, meskipun kondisi bangunannya sudah tua. Siapa yang mampu membelinya? Jika kita mempertimbangkan pekerja dengan gaji rendah,” ujarnya.

Kepala Riset Rumah123, Marisa Jaya, menjelaskan bahwa Yogyakarta merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan harga rumah seken yang kuat, bahkan melebihi laju inflasi nasional.

Yogyakarta mencatat pertumbuhan harga rumah seken yang lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan nasional (1,87%) yaitu +2,9% dari inflasi. Yogyakarta menjadi kota dengan kenaikan harga rumah seken tertinggi secara tahunan, yaitu 10,9% pada April 2025. Meskipun mengalami penurunan pada bulan Mei dan Juni (terendah di 5,3%), Yogyakarta tetap berada di posisi tiga besar sepanjang kuartal ini.

Pertumbuhan ini didorong oleh pembangunan infrastruktur seperti tol Solo–Yogyakarta–YIA dan Yogyakarta–Bawen. Jalur tol Solo–Klaten yang telah beroperasi sejak September 2024 meningkatkan konektivitas dan daya tarik kawasan.”

Selengkapnya di Liputan6

RELATED ARTICLES

Most Popular