Musim Pancaroba, Sleman dan Kota Jogja Paling Berpotensi Puting Beliung


Meski telah terjadi hujan di sejumlah wilayah DIY bukan berarti saat ini memasuki musim penghujan. Pasalnya intensitas hujan belum mencapai 50 mm dalam waktu tujuh hari dan 50 mm per hari berikutnya. Dengan demikian saat ini DIY baru memasuki masa transisi atau pancaroba.

“Pada pancaroba ini lah potensi terjadinya puting beliung menjadi terbuka. Lebih besar kemungkinannya dibanding saat masuk musim hujan,” terang Analis Forecaster Cuaca dan Iklim BMKG Yogyakarta Sigit Hadi Prakoso, Selasa (29/10/2013).

Wilayah yang memiliki potensi besar terjadinya puting beliung adalah Sleman dan Kota Yogyakarta. Sebabnya, terjadi peningkatan rerata suhu permukaan air laut akibat matahari berada di selatan Jawa. Ketika diikuti berbedaan suhu di permukaan bumi maka memicu pembentukan awan comulus nimbus (CB). Awan ini lah kemudian mendorong terjadinya puting beliung.

Akibat pergerakan awan CB yang dipicu perbedaan suhu permukaan bumi yang ekstrim bergerak dari selatan ke utara, membuat pembentukan angin terkonsentrasi di wilayah Sleman maupun Kota. Karena sebelum membentur tubuh gunung Merapi, suhu yang merambat dipaksa naik dan terbentuklah awan CB.

“Ini lah penyebabnya Sleman dan Kota berpotensi mengalami puting beliung dibandingkan daerah lain. Wates dan Gunungkidul potensinya relatif kecil karena dekat dengan laut,” beber Sigit.

Namun demikian, tidak menutup kemungkinan puting beliung terjadi saat musim penghujan. Terutama ketika dalam waktu 3-7 hari cuaca cerah kemudian hari berikutnya terjadi hujan lebat disertai awan pekat. Kondisi demikian kerap memicu terjadinya puting beliung seperti yang terjadi di kawasan Kalasan Sleman akhir tahun lalu.

Kepala BMKG Yogyakarta Bambang Suryo Santoso menambahkan, angin kencang kerap terjadi ketika awan CB berbentuk layaknya kol berwarna putih hingga pekat. Diikuti dengan munculnya perbedaan suhu udara dengan suhu permukaan tanah.

Karenannya, masyarakat dihimbau lebih waspada terhadap potensi bencana alam di musim penghujan. Tak hanya angin kencang semacam puting beliung, tetapi juga potensi tanah longsor dan banjir di sejumlah kawasan rawan di DIY. (hdy)

via Tribunnews.com

 

 

Baca Juga

Antara Aku dan Yogyakarta: Mulai dari Kisah Cinta Hingga Cara Hidup yang Manusiawi

7 Wisata Tersembunyi di Yogyakarta yang Layak Dijadikan Tujuan Liburanmu Berikutnya

8 Kuliner Ekstrem yang Sayang Dilewatkan Saat Kamu Bertandang ke Yogyakarta