JOGJA — Ratusan warga dari berbagai elemen masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan pembersihan Kawasan Malioboro, yang dimulai dari Pos Teteg hingga Titik Nol Km pada Selasa (12/8/2025) pagi.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyatakan bahwa kegiatan Reresik Malioboro merupakan bukti kepedulian bersama masyarakat untuk menjaga kebersihan kawasan Malioboro, yang menjadi wajah Kota Yogyakarta.
“Malioboro adalah wajah kita semua, dan Yogyakarta mengedepankan semangat gotong royong. Oleh karena itu, hari ini warga setempat, TNI, Polri, Ormas, dan berbagai unsur lainnya bersatu untuk membersihkan kawasan Malioboro,” ujarnya.
Baca Juga : Inilah Kota Dengan Harga Rumah Termurah
Ia menambahkan bahwa Reresik Malioboro merupakan bagian dari upaya menjaga dan melestarikan Kawasan Cagar Budaya, termasuk Sumbu Filosofi yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
“Kita perlu memperhatikan agar Kawasan Sumbu Filosofi tetap bersih dan terjaga kelestariannya. Kami juga mengajak masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan tidak merokok di Kawasan Malioboro, karena hingga saat ini masih ditemukan puntung rokok. Mari kita jaga kebersihan bersama,” ajaknya.
Wisata Jogja : Tempat-tempat Menarik Sebagai Bukti Sudah Mengunjungi Jogja
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Yogyakarta, Nindyo Dewanto, menjelaskan bahwa Reresik Malioboro adalah salah satu cara untuk menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia dengan semangat gotong royong dan kebersamaan.
Ke mana saja? : Panduan 2-3 Hari Berkunjung dan Menjelajahi Yogyakarta
“Malioboro adalah bagian dari Sumbu Filosofi yang merupakan milik seluruh masyarakat, sehingga diharapkan kita semua memiliki rasa kepemilikan dengan menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan.
Nindyo juga menyoroti beberapa waktu lalu ada stigma Ormas yang sempat memburuk, sehingga pihaknya mengajak Ormas lebih terlibat dalam berbagai kegiatan di tengah masyarakat.
“Kita coba angkat kembali bahwa Ormas itu teman masyarakat, banyak kegiatan Ormas yang merupakan kepanjangan tangan dari berbagai program pemerintah. Kemudian dari Kesbangpol juga punya banyak stakeholder yang kami berupaya untuk merangkul semuanya, menjadi kondusivitas, saling mengenal dan memahami, agar Yogyakarta terus harmoni,” tambahnya.
Sementara itu salah satu perwakilan dari Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kemantren Wirobrajan, Agus Gadru mengatakan pihaknya terlibat dalam Reresik Malioboro bersama anggota lainnya dari 3 Kelurahan.
“Kami ada yang dari Kelurahan Wirobrajan, Pakuncen dan Patangpuluhan, semoga kegiatan Reresik Malioboro ini bisa dilanjutkan, karena kita ingin bersama-sama menjaga Malioboro sebagai ikon Yogyakarta,” katanya.
Sumber & foto jogjakota.go.id