- Setelah tiga tahun jalan di tempat, perencanaan penataan kawasan Malioboro kembali dilanjutkan pada 2014.
- Gubernur DIY tandatangani kesepakatan bersama tentang studi lanjutan penataan kawasan Malioboro dengan PT KAI, Pemkot Yogyakarta dan Keraton Kasultanan Yogyakarta
- Studi Kawasan Malioboro tahap lanjutan ini akan dibiayai Asian Development Bank (ADB) hingga tercipta dokumen yang bisa ditawarkan ke swasta.
- PT KAI beromitmen akan memulai penataan lebih awal agar program ini tidak terkesan jalan di tempat.
- Ditargetkan, dokumen penataan kawasan Malioboro selesai pada 2014 sehingga pembangunan fisik termasuk tempat parkir underground mulai dilaksanakan pada 2015.
- Kawasan Bong Suwung yang selama ini dihuni warga juga akan ditertibkan untuk mendukung penataan kawasan Malioboro.
Setelah tiga tahun jalan di tempat, Pemda DIY bekerjasama dengan pemangku kewenangan lainnya akan merampungkan desain penataan kawasan Malioboro pada 2014. Hal itu ditandai dengan adanya penandatangan nota kesepakaan antara Pemda DIY diwakili Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Pemkot Yogyakarta, PT KAI serta Keraton Kasultananan Yogyakarta di Gedhong Pracimosono, Jumat (10/1/2014).
Dengan adanya penandatanganan kesepakatan antara empat pemangku kewenangan di Malioboro itu, praktis Pemda bisa mendapatkan bantuan pendanaan dari Asian Development Bank (ADB). Bantuan dana ADB itulah yang akan membiayai pelaksanaan studi tahap akhir ini hingga tercipta dokumen resmi yang akan ditawarkan untuk menggaet investor swasta. Lantas, investor inilah yang akan merealisasikan pembangunan dan penataan kawasan Malioboro yang dulu sempat ditaksir Bappenas senilai Rp 4,4 triliun.
“Kesepakatan ini penting untuk menjembatani pekerjaan (penataan Malioboro) berikutnya. Sebab, ADB hanya mau memberikan bantuan dana jika sudah ada kesepakatan empat pihak ini. Sekarang, ADB sia membantu pembiayaan proyek hingga bisa ditawarkan ke investor,” ucap Kasubdit Pembiayaan dan Kerjasama Investasi Direktorat Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bappenas, Jusuf Arbi, Jumat (10/1/2014).
Rencananya, dokumen desain penataan kawasan Malioboro akan diselesaikan pada akhir 2014. Dengan demikian, proses pembangunan fisiknya bisa digarap pada 2015 mengacu pada desain itu.
Wisata Jogja : Tempat-tempat Menarik Sebagai Bukti Sudah Mengunjungi Jogja
Dalam sambutannya, Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan sempat mengeluhkan proses perencanaan kawasan Malioboro yang bertele-tele. Pihaknya sudah menyiapkan tim khusus dan perangkat pendukung lainnya sejak tiga tahun lalu, tapi ternyata program penataan itu tidak menunjukkan perkembangan yang jelas.
Ke mana saja? : Panduan 2-3 Hari Berkunjung dan Menjelajahi Yogyakarta
“Mudah-mudahan kali ini bisa cepat jalan. Kami tunggu dukungan desain dari Bappenas agar kami bisa bergerak lebih dulu. Tim sudah siap sejak tiga tahun lalu, tapi sekarang tim kami malah bingung mau ngerjain apa,” ucap Jonan dalam pertemuan itu.
Menanggapi hal itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X justru mendukung upaya PT KAI untuk memulai penataan lebih awal. Sebab, program penataan kawasan Maliboro memang sudah berlangsung lama namun hasilnya hanya sebatas kajian-kajian. Kondisi itu lantas menuai kritik tajam dari kalangan masyarakat yang mulai skeptic menanggapi program itu. Seolah-olah, rencana penataan kawasan itu tidak akan pernah terealisasi.
“Mundur-mundur terus,” ucap HB X.
Menurut Gubernur, PT KAI sudah bisa memulai penataan lebih awal dengan meningkatkan fasilitas pelayanan penumpang di stasiun Tugu atau merehabilitasi bangunan yang sudah ada.
“Agar program ini tidak terkesan hanya di atas kertas. Jadi masyarakat bisa menyaksikan program ini sudah jalan,” tandasnya.
Dan benar saja, PT KAI selama tiga tahun terakhir ternyata sudah merogoh
koceknya hingga Rp 3 miliar untuk memulai program penataan itu di lingkungan privatnya. Misalnya saja dengan pengecatan ulang serta rehabilitasi bangunan stasiun Tugu yang merupakan peninggalan colonial. Sejumlah fasilitas umum bagi penumpang juga sudah dilengkapi termasuk menata lokasi parker di depan stasiun.
Menurut Sultan, program revitalisasi Statiun Tuggu ini sangat peting untuk mendukung penataan kawasan Malioboro. Sebab, sudah tidak ada lagi lahan kosong di pusat kota yang bisa dimanfaatkan untuk penyediaan lahan parkir kecuali di lahan milik KAI tersebut. Padahal, dibutuhkan setidaknya 30-35 ribu meter persegi untuk membangun lokasi parkir maupun infrastruktur lainnya agar bisa memecah kepadatan dan kemacetan di Malioboro. Sehingga, Malioboro bisa menjadi kawasan pejalan kaki (pedestrian).
“Studinya sudah terlalu banyak, implementasinya harus segera dimulai,” tandasnya.
via tribunnews.com