JOGJA — Sebanyak 39 kasus malaria telah tercatat di Kota Jogja dari Januari hingga Agustus 2025. Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data serta Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan, Lana Unwanah, menyatakan bahwa semua kasus tersebut berasal dari luar daerah, sehingga penularan tidak terjadi di dalam kota.
“Kasus yang ada di kota Jogja semuanya merupakan kasus impor. Ini berarti penularan tidak terjadi di dalam kota,” ungkap Lana saat dikonfirmasi pada Selasa (12/8/2025).
Lana menjelaskan bahwa kasus malaria impor di Jogja melibatkan penduduk yang terinfeksi saat berada di luar kota, seperti anggota TNI/Polri yang kembali dari penugasan di luar Jawa. Selain itu, terdapat juga mahasiswa dari daerah endemis yang kini tinggal di Jogja, tetapi terinfeksi di daerah asal mereka.
Baca Juga : Inilah Kota Dengan Harga Rumah Termurah
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp betina. Kasus malaria dibedakan menjadi malaria indigenous, yaitu penularan yang terjadi di wilayah setempat, dan malaria impor, yang merupakan penularan dari luar daerah.
Menurutnya, malaria masih endemis di beberapa wilayah di Indonesia bagian timur seperti Papua, Papua Barat, NTT, dan Maluku. Gejala yang perlu diwaspadai meliputi demam, pusing, berkeringat, menggigil, lesu, mual, muntah, sakit perut, dan diare.
Wisata Jogja : Tempat-tempat Menarik Sebagai Bukti Sudah Mengunjungi Jogja
“Jika mengalami gejala-gejala tersebut, terutama setelah bepergian dari daerah endemis malaria, segera periksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit. Malaria dapat disembuhkan jika segera diobati,” tambahnya.
Ke mana saja? : Panduan 2-3 Hari Berkunjung dan Menjelajahi Yogyakarta
Ia juga menambahkan bahwa Kota Jogja telah mendapatkan sertifikat bebas malaria sejak tahun 2014. Meskipun demikian, kewaspadaan tetap diperlukan untuk mempertahankan status tersebut.
Selengkapnya di Harianjogja