Tahun 2015 Jogja punya Perpustakaan Terbesar di ASEAN


Perpustakaan Daerah (Perpusda) DIY dimanjakan dengan uang Rp22,5 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DIY 2015.

 Targetnya perpustakaan terbesar di Asia Tenggara atau ASEAN ini bisa dioperasionalkan pada akhir 2015. Kepala Badan Perpusatakan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY Budi Wibowo mengakui, megaproyek yang diampunya sempat terbelit masalah hukum. Pembangunan sempat mandek karena ada gugatan perdata dari Pemda DIY kepada PT Ampuh Sejahtera selaku rekanan yang enggan melanjutkan pembangunan proyek ini. 

Setelah ada keputusan hakim yang memerintahkan PT Ampuh Sejahtera menyelesaikan pekerjaan sehingga berakhir sudah proses hukum. “BPAD bisa melanjutkan proses pembangunan yang sempat terhenti. APBD DIY senilai Rp22,5 miliar sudah disiapkan untuk penyelesaiannya,” katanya, kemarin. 

Mantan Sekda Kulonprogo ini menjelaskan, rincian Rp22,5 miliar tersebut untuk menuntaskan interior perpustakaan senilai Rp18 miliar serta penataan taman Rp4,5 miliar. Untuk megaproyek yang berada di Jalan Janti ini, BPAD memang minta kualitas bagus.“Saya minta high quality semua,” katanya. 

Budi mengungkapkan, sebagai tahap awal proses lelang interior dan taman segera dilaksanakan. Targetnya pada akhir 2015, Perpusda bisa dibuka untuk umum. Kelengkapan koleksi juga sudah disiapkan BPAD mulai dari arsip-arsip Keraton Yogyakarta, Puro Pakualaman, Taman Siswa, maupun arsip penting lainnya berkaitan dengan Yogyakarta. Tercatat ada 7.700 naskah kuno di Keraton. 

Namun, hanya 5.000 di antaranya yang sudah dikelola dan diselamatkan dan sisanya sekitar 2.700 naskah/- buku kuno masih belum tersentuh karena rapuh. Banyak lembaran sudah lengket dan butuh penanganan khusus untuk membukanya. Karena itu, proses restorasi, alih bahasa, maupun digitalisasi naskah, terus dilakukan hingga seluruhnya tersasar. 

Dia mengungkapkan, BPAD DIY juga mengakuisisi koleksi buku-buku Karta Pustaka, sebuah lembaga kerja sama budaya antara Indonesia dan Belanda yang ditutup awal Desember lalu. Rencananya semua arsip bisa diformat e-book saat Perpusda di-launching akhir 2015 nanti. “Nanti juga untuk membangun lemari besi antiapi yang bisa menyimpan naskah-naskah penting,” kata Budi. 

Untuk proses alih bahasa, digitalisasi arsip, dan naskah kuno, ada dua sumber anggaran yang disiapkan. Pada 2014, kata dia, untuk penyelamatan naskah kuno dianggarkan dari APBD DIY 2014 sebesar Rp10 miliar dan Rp7 miliar dari Dana Keistimewaan (Danais) 2014. Danais Rp7 miliar itu untuk penyelamatan naskah kuno Keraton Kasultanan Yogyakarta dan Puro Pakualaman. 

Sementara alokasi Rp10 miliar dari APBD ditujukan untuk penyelamatan naskah di luar Keraton dan Puro. Misalnya restorasi Staatsblad (Lembaran Negara Republik Indonesia saat zaman Kolonial) tahun 1836 dan 1910. 

Terpisah, anggota Komisi A DPRD DIY Agus Sumartono menilai, pembangunan infrastruktur Perpusda harus dibarengi kesiapan sumber daya manusia (SDM). Apalagi BPAD punya konsep e-learning serta program Jogja Library for All yang menyajikan perpustakaan dengan konsep digitalisasi. “Kalau SDM tidak siap, ini mubazir (siasia),” kata Agus.

 

via sindonews

Baca Juga

Antara Aku dan Yogyakarta: Mulai dari Kisah Cinta Hingga Cara Hidup yang Manusiawi

7 Wisata Tersembunyi di Yogyakarta yang Layak Dijadikan Tujuan Liburanmu Berikutnya

8 Kuliner Ekstrem yang Sayang Dilewatkan Saat Kamu Bertandang ke Yogyakarta