Sejak beberapa tahun terakhir ini, perhatian masyarakat pada permasalahan lingkungan khususnya sampah akibat implikasi aktivitas konsumsi dan industri makin menguat. Sebagaimana diperhatikan oleh komiten dan target Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang menargetkan pada penanganan sampah hingga 70 persen pada tahun 2025.
Komitmen dan kegiatan pelestarian lingkungan ini, menurut Reza Andreanto selaku Environment Manager Tetra Pak Indonesia, seyogyanya dimulai dari pabrik pemanfaatan sumber daya alam terbarukan yang dikelola secara bertanggung jawab.
Hal ini seperti dilakukan oleh Tetra Pak Indonesia, yang telah memilih sumber daya alam terbarukan dan dikelola secara mandiri serta bertanggung jawab dari hutan tersertifikasi FSC.
Reza Andreanto mengatakan itu dihadapan peserta diskusi Pemanfaatan Material Terbarukan Dari Hutan Yang Dikelola Secara Bertanggung Jawab di kawasan wisata Dolan Desa, Desa Banjarasri, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo, Kamis (21/2).
Turut bicara Indra Setia Dewi, Marketing and Communication Manager FSC dan Nida Nurul Huda, Sales and Marketing PT Sobi. Menurut Reza Andreanto, selama ini pihaknya telah memanfaatkan material kertas dan tebu agar kemasan karton dapat kembali tumbuh di alam.
Secara rata-rata, kemasan karton Tetra Pak dibuat dari hampir 75 persen materi terbarukan. Bahkan salah satu portofolio kemasan bernama Tetra Rex Bio-Based untuk produk minuman pasteurisasi sudah 100 persen berasal dari sumber alam terbarukan dengan kombinasi tebu dan kertas.
Namun pemanfaatan materi terbarukan saja tidak cukup, harus dibutuhkan sebuah proses sertifikasi dan ‘chain of custody’ yang seksama untuk memastikan praktiknya dilakukan secara bertanggung jawab.
Sedangkan Indra Setia Dewi dalam kesempatan itu mengatakan, kolaborasi dengan Tetra Pak Indonesia telah dijalankan melalui beragam acara seperti FSC Friday, FSC Indonesia Leadership Forum, FSC Comer, dan FSC Goes to School.
Semua itu, untuk mendorong para pelaku bisnis makanan minuman dan menjangkau para konsumen untuk memilih produk berlebel FSC yang menggunakan bahan baku kemasan karton dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab.
Dengan menggunakan produk bertanda FSC, maka pelaku bisnis makanan minuman secara tidak langsung mendukung percepatan implementasi target SDG antara lain target ke 15 dengan cara Pengelolaan Sumberdaya Alam Berkelanjutan.
Selain itu, lanjut Indra, juga target ke 12 tentang Produksi dan Konsumsi Yang Berkelanjutan, sehingga memberikan keyakinan atas komitmen keberlanjutan sebuah perusahaan.
Sementara Nida Nurul Huda, Sales and Marketing PT Sobi mengatakan, sertifikasi FSC bagi pengelola hutan rakyat memberikan nilai tambah positif bagi pengelola hutan rakyat. ”Kami telah bersertifikasi FSC sejak 2017 dan memasok log kayu bersertifikasi untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun ekspor,” katanya.
Sumber Antara Jogja
Baca Juga
Antara Aku dan Yogyakarta: Mulai dari Kisah Cinta Hingga Cara Hidup yang Manusiawi
7 Wisata Tersembunyi di Yogyakarta yang Layak Dijadikan Tujuan Liburanmu Berikutnya
8 Kuliner Ekstrem yang Sayang Dilewatkan Saat Kamu Bertandang ke Yogyakarta