Wednesday, October 15, 2025
HomeBerita JogjaTidak Dengan Menaikkan PBB, Ini Strategi Wali Kota Yogyakarta Meningkatkan PAD

Tidak Dengan Menaikkan PBB, Ini Strategi Wali Kota Yogyakarta Meningkatkan PAD

JOGJA — Di tengah sejumlah daerah yang meningkatkan pajak bumi dan bangunan (PBB), Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak akan mengambil langkah yang sama. Pemerintah Kota Yogyakarta memilih strategi alternatif untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanpa membebani masyarakat.

“Bahkan banyak orang yang mengeluh setiap hari dan meminta agar pajak dikurangi. Jadi, kesibukan saya justru sehari-hari menerima surat permohonan dispensasi, dan setiap hari kami memberikan dispensasi tersebut, kadang-kadang 5% sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” ujar Hasto, Selasa (19/8/2025).

Menurut Hasto, Pemkot Yogyakarta berupaya untuk mendiversifikasi dan memperluas sumber-sumber pajak daerah. Salah satu caranya adalah melalui digitalisasi parkir yang ditargetkan dapat menjangkau lebih dari 50% titik parkir pada akhir 2025. Saat ini terdapat lebih dari 700 titik parkir di Kota Yogyakarta, termasuk yang belum memiliki izin.

Selain itu, pemasangan kotak tapping juga diperluas ke sektor kuliner dan usaha informal. “Banyak rumah makan atau penjualan di sektor informal yang sangat laris tetapi belum dikenakan pajak. Itu yang kami usahakan, tetapi tetap tidak ada kenaikan (tarif pajak),” jelasnya.

Hasto mengakui bahwa tantangan pada tahun 2025 cukup berat karena perlambatan ekonomi yang merupakan dampak dari efisiensi. Meskipun demikian, Pemkot tetap optimis melalui strategi optimalisasi aset dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Salah satu contohnya adalah pengelolaan XT Square yang sebelumnya mengalami kerugian sebesar Rp 400 juta per tahun.

“Kami akan menyehatkan itu. Insyaallah pada akhir tahun 2025 ini, jika kami mengejar keuntungan sebesar Rp 2 miliar, itu bisa tercapai. Ya, dengan kreativitas reseller, dengan bisnis reseller, dan optimalisasi kegiatan yang ada. Sudah saya perlakukan secara khusus, dari setiap tahun defisit Rp 400 juta menjadi untung Rp 2 miliar, kira-kira itulah,” ungkap Hasto.

Selengkapnya di Investor.id

RELATED ARTICLES

Most Popular