Selain Demam Berdarah Dengue (DBD), Kota Jogja menjadi endemis penyakit leptospirosis dan chikungunya.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja mencatat dari Januari hingga Oktober tahun ini terjadi 24 kasus leptospirosis.
“Dua penderita leptospirosis meninggal dunia,” kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Jogja, Endang Sri Rahayu, di Balaikota Jogja, Senin (4/11/2013).
Endang mengungkapkan kedua orang yang meninggal tersebut ditemukan saat menjalani perawatan di RS Jogja dan Puskesmas Mantrijeron.
Menurutnya, jumlah kasus leptospirosis mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Kasus leptospirosis tertinggi dalam tiga tahun terakhir tercatat pada 2011 ada 400 orang. Sedangkan 2012 hingga November ada 200 kasus.
Adapun Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Jogja Citraningsih mengungkapkan selain leptospirosis, Kota Jogja ternyata endemis Chikungunya. Kendati begitu dari segi serangan, leptospirosis lebih berbahaya karena bisa berujung pada kematian.
Penyakit Leptospirosis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh strain Leptospira. Penyakit ini paling sering ditularkan dari hewan ke manusia ketika orang dengan luka terbuka di kulit melakukan kontak dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi air kencing hewan – bakteri juga dapat memasuki tubuh melalui mata atau selaput lendir. Hewan yang umum menularkan infeksi kepada manusia adalah tikus, musang, opossum, rubah, musang kerbau, sapi atau binatang lainnya. Karena sebagian besar di Indonesia Penyakit ini ditularkan melalui kencing Tikus, Leptospirosis popular disebut penyakit kencing tikus.
via harianjogja.com
Baca Juga
Antara Aku dan Yogyakarta: Mulai dari Kisah Cinta Hingga Cara Hidup yang Manusiawi
7 Wisata Tersembunyi di Yogyakarta yang Layak Dijadikan Tujuan Liburanmu Berikutnya
8 Kuliner Ekstrem yang Sayang Dilewatkan Saat Kamu Bertandang ke Yogyakarta