Thursday, June 26, 2025
HomeBerita JogjaWow..., Kubah Lava Merapi Terdobrak

Wow…, Kubah Lava Merapi Terdobrak

Hasil survei di puncak Merapi tidak ditemukan jejak awan panas. Material yang ada di puncak merupakan hasil pendobrakan kubah lava 2010. Sedang lontaran material akibat letusan pada 18 November hanya mencapai radius 400 meter dari puncak. Lontaran mengarah ke Kali Gendol dan sebagian ke Kali Senowo.

Demikian hasil survei Tim Observasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta. Survei dilakukan untuk mengetahui ihwal letusan pada Senin 18 November 2013 lalu.

Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Dra Sri Sumarti dalam konferensi pers menjelaskan, timnya tidak menemukan jejak awan panas di puncak Gunung Merapi. Tim tidak menemukan material baru (juvenil) dari perut bumi di puncak, sehingga dapat dipastikan letusan 18 November 2013 bukan magmatis, melainkan letusan freatik yang melontarkan pecahan kubah lava 2010.

Dijelaskan, data alat pemantau juga tidak merekam gempa awan panas, sehingga disimpulkan yang terjadi letusan freatik. “Kejadian itu cuma tercatat sekali single event dan setelah itu tidak terjadi sesuatu,” katanya.

Letusan 18 November lalu telah menimbulkan rekahan sepanjang 230 meter yang mengarah ke tenggara-barat laut, mengikuti bukaan kawah dari arah Gendol. “Pusat letusan 18 November bentuknya memanjang. Itu sebetulnya bukan retakan, karena tidak menimbulkan deformasi (penggembungan) di kanan-kiri rekahan itu,” kata Kepala BPPTKG Drs Subandriyo MSi.

Menurut Subandriyo, letusan freatik diakibatkan tekanan uap yang sangat kuat, bukan karena tekanan magma dari dalam perut bumi. Kejadian ini merupakan single event yang terjadi sekali, setelah itu kondisi kembali normal. Ini berbeda dengan letusan magmatis yang pasti diikuti event lanjutan. “Fakta di lapangan menunjukkan aktivitas Merapi masih normal, tidak ada indikasi peningkatan aktivitas pascaletusan 18 November,” tuturnya.

Staf BPPTKG Aditya Putra menegaskan, tidak ditemukan material baru, yang ada material lama hasil hancuran kubah lava 2010. “Kalau ada jejak awan panas, pasti kita jumpai mineral tertentu dan bau belerang menyengat. Kita tidak temui mineral itu di puncak, material yang ada murni hasil lontaran kubah lava 2010,” ungkapnya.

Subandriyo menambahkan, letusan freatik single event sebelumnya pernah terjadi Agustus 1990. Ini menunjukkan karakter Merapi tidak berubah pascaerupsi 2010. “Memang terjadi perubahan morfologi yang menyebabkan letusan-letusan seperti pada 18 November belakangan lebih sering terjadi. Tapi secara umum karakter Merapi tetap, tidak berubah,” ungkapnya.

Bukti karakter Merapi tidak berubah adalah terbentuknya kubah lava yang mengakhiri proses erupsi 2010. Karena itu dia tidak setuju dengan pendapat bahwa Merapi mempunyai sistem terbuka (open system) pascaerupsi 2010. “Open system itu kalau kantung magma di bawah kontak langsung dengan udara tanpa halangan apa-apa. Nyatanya, erupsi 2010 menghasilkan kubah lava dengan tinggi 20-33 meter dari dasar kawah,” jelasnya.

via krjogja.com

RELATED ARTICLES

Most Popular