![](https://i0.wp.com/jogya.com/wp-content/uploads/2025/01/rumahjogja.jpg?resize=640%2C166&ssl=1)
Perhelatan perdana Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2016 yang digelar Rabu (12/10) mendatang, akan diresmikan oleh Ny Mufidah Jusuf Kalla di Jogja Expo Center Banguntapan Bantul, pukul 10.00 WIB.
Dengan mengangkat tema Tradition for Inovation, perhelatan ini menjadi cara tersendiri dalam menyambut hari Batik Nasional, khususnya dengan dianugrahinya Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia, oleh Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council/WCC), pada peringatan 50 tahun organisasi tersebut di Dongyang, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, pada Oktober 2014 lalu.
Menurut Ketua penyelenggara JIBB, Didik Purwadi yang menjabat selaku Asisten Sekertaris Daerah Bidang Keistimewaan, selain ajang pameran yang digelar Jogja Expo Center, International Symposium of Jogja World Batik City, akan digelar di Royal Ambarrukmo pada Kamis (13/10), dan Imogiri dipilih sebagai lokasi workshop dari 200 peserta yang berasal dari pemerhati batik nasional maupun internasional pada Sabtu (15/10).
Didik Purwadi menjelaskan acara merupakan hajatan bersama antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yakni Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kebudayaan, Dinas Pariwisata, dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, termasuk Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) DI Yogyakarta, juga masyarakat batik Yogyakarta.
Dijelaskan, beberapa pembicara internasional yang akan ikut membedah keunikan batik Yogyakarta sekaligus memaparkan beberapa teknik membatik yang sama dari beberapa negara. Mereka antara lain, GBRay Paku Alam yang akan berbicara tentang dokumen sumber-sumber kreasi batik Puro Pakualaman, “REVEALING THE UNTOLD: Manuscripts Source of Inspiration for Puro Pakualaman Batik Creations”, President, Society Atelier Sarawak, Edric Ong (Malaysia), Tatyana Agababaeva, seniman batik dari Azerbaijan, anggota pecinta batik Kronberg Germany, Annegret Haake. Pada sesi berikutnya, tampil pembicara Prof Dr Rahadi Ramelan,The Chairman of Expert Council, Indonesian Batik Foundation (Indonesia), Surapee Rojanavongse, Former President, World Craft Council-Asia Pacific Regional (2009–2012) (Thailand), Y.M. Raja Datin Paduka Fuziah binti Raja Tun Uda, WCC Honorary Member/Advisor (Malaysia), Agus Ismoyo dan Nia Flaim, seniman batik asal Brahma Tirta Sari (Indonesia/USA), serta Dr Min-Chin Kay Chiang, pengajar di Institute of Architecture and Cultural Heritage sekaligus Direktur Pusat Pembelajaran di Taipei National University of the Arts (Taiwan).
Dalam simposium itu, ujar Didik akan diungkapkan teknologi membatik yang dimiliki oleh masing-masing negara.
Rangkaian acara Jogja International Batik Biennale 2016, ujar Didik, tetap mengacu pada 7 kriteria penilaian World Craft Council (WCC) atas Jogja sebagai Kota Batik Dunia yakni Public Lectures pada tanggal 12 oktober 2016, Batik Exhibition yang akan berlangsung di JEC pada tanggal 12-16 oktober, Batik Symposium, yang akan berlangsung pada tanggal 13 oktober 2016 di Royal Ambarrukmo Hotel, Batik Workshop Day, Akan diadakan di Imogiri pada tanggal 15 oktober 2016, Batik Competition, Batik Fashion Show, Berlangsung di Imogiri pada tanggal 15 oktober 2016, serta World Heritage Tour, pada tanggal 14 oktober 2016.
Sementara itu, selain gaung dari pergelaran dua tahunan tersebut, tujuan akhir yang ingin dituju adalah muculnya kesadaran publik akan nilai keluhuran batik Yogyakarta. “Kita tidak bicara semata-mata pada hasil jadi, tetapi pada prosesnya. Bagaimana rantai ekonomi tercipta dari sebatang canting, hingga kompetisi yang bisa saja menggerus
kehadiran para pembatik tradisonal,” ujarnya.
Asumsi bahwa batik canting itu mahal, lanjut Didik, harus dipahami dengan berbagai aspek. Termasuk, pola distribusi sebuah produk batik. Karena itu, ke depannya, Pemda DIY ingin menciptakan ruang seluas-luasnya kepada para perajin batik dengan kembali menghidupkan Koperasi Batik secara simultan. Selain menciptakan ruang perlindungan bagi perajin batik, menurut Didik, konsumen pun perlu diedukasi, bahwasannya tekstil motif batik telah menghancurkan pasaran batik tradisional, memang telah menyurutkan industri batik kelas rumah tangga.
Karena itu ujar Didik, dibutuhkan terobosan bagi pelaku industri batik, baik itu dari sisi perlindungan pasar sampai kepada pembinaan bagi konsumen. Dikatakan, untuk tetap mempertahankan eksistensi pembatik kecil, Pemda DIY akan berupaya semaksimal mungkin menciptakan wadah bagi UMK batik, menciptakan produk batik canting yang mampu diakses semua kalangan, sebab selama ini perilaku pasar yang terjadi adalah pembatik tak lebih dari tukang, sedang pasar tetap sebagai penentu.
“Kedepan, kami berusaha menciptakan sistem sertifikasi, sehingga selain perajin terlindungi, konsumen pun teredukasi,” tegasnya. Ditambahkan Direktur Eksekutif Dekranasda DIY, Roni Guritno, Jogja sebagai Kota Batik Dunia ini diinisiasi oleh pemangku kepentingan batik di Jogja melalui koordinasi Dekranas DIY yang dipimpin langsung oleh GKR Hemas.
Berdasar penilaian kelayakan sebagai kota kerajinan dunia, yang paling menonjol dari Yogyakarta adalah kerajinan batiknya, oleh karena itu, ujar Roni, juri dari WCC memutuskan bahwa Yogyakarta memenuhi kriteria sebagai kota kerajinan batik dunia yang sejajar disandingkan dengan kota kota kerajinan di berbagai belahan dunia, seperti Kota Dong Yang China sebagai kota kerajinan kayu dunia, kemudian Chilie sebagai kota kerajinan Chamanto.
Program ini didukung oleh Pemda DIY dengan diterbitkannya Surat Keputusan (SK) Gubernur DIY tentang pembentukan Pokja Jogja Kota Batik, dan dibentuknya panita JIBB 2016. “Hal ini merupakan sinergi antara SKPD dan kalangan swasta, institusi pendidikan, budayawan, ahli batik dan berbagai pihak yang peduli pada batik, pelestarian dan pengembangannya, dan panitia berupaya sebaik mungkin mensukseskan JIBB ini agar anugrah yang sudah didapatkan, akan terus dipertahankan dan memiliki efek positif bagi masyarakat Yogyakarta,” ucap Roni Guritno yang menjabat sebagai Sekertaris Panitia JIBB 2016.
Info lengkap hubungi Nannete +62 87775621212 / Christian +62 8571 4534448
Baca Juga
Antara Aku dan Yogyakarta: Mulai dari Kisah Cinta Hingga Cara Hidup yang Manusiawi
7 Wisata Tersembunyi di Yogyakarta yang Layak Dijadikan Tujuan Liburanmu Berikutnya
8 Kuliner Ekstrem yang Sayang Dilewatkan Saat Kamu Bertandang ke Yogyakarta