Yogyakarta Wacanakan Pembangunan Dua Flyover Baru


Pemda DIY mulai mewacanakan pembangunan dua jalan layang (fly over) baru di DIY. Hal itu sebagai upaya memecah kemacetan Yogyakarta yang kian parah. Kedua fly over itu yakni di Jalan Kaliurang (sekitar UGM) dan di Jalan Gejayan.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan, Energi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) DIY Rani Sjamjinarsi menjelaskan, studi kelayakan pembangunan flyover itu sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. Dalam studi itu, memuat perhitungan teknis terkait kebutuhan flyover tersebut untuk memecah kemacetan di kedua ruas jalan tersebut. Termasuk studi apakah pemecah kemacetan ini akan berupa jalan layang (flyover) atau justru dengan terowongan bawah tanah (underpass).

Pantauan Tribun, jalan Kaliurang (sekitar UGM) dan Jalan Gejayan seringkali macet terutama pada pagi (waktu berangkat kerja) dan sore hari. Selain itu, keberadaan pertokoan dan kampus yang berada di kanan kiri jalan menyebatkan banyak kendaraan yang parkir di tepi badan jalan. Akibatnya, kemacetan selalu terjadi sebagai dampat penyempitan badan jalan.

“Sebenarnya fly over Jalan Kaliurang dan Gejayan sudah dikaji sekian tahun lalu. Cuma, tahun ini direview lagi,” ucap Rani Sjamjinarsi.

Lantas, jika hasil review ini menyebutkan bahwa keberadaan fly over atau underpass memang sangat dibutuhkan, maka Pemda DIY akan mengupayakan penyediaan anggarannya dari APBN. “Kalau hasil review menyebutkan, ya sangat diperlukan, tahun depan diperjuangkan anggarannya di APBN,” ungkapnya.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X sempat mewacanakan pembangunan flyover semacam itu di perempatan Gondomanan. Sebab, kepadatan di perempatan yang berada di pusat Kota Yogyakarta itu juga terus meningkat. Meski demikian, wacana pembangunan flyover di pusat kota nampaknya belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat. Sebab, studi kelayakan baru dilakukan di Jalan Kaliurang dan Jalan Gejayan, belum merambah ke perempatan Gondomanan itu.

Di samping itu, Dinas PUP-ESDM DIY saat ini juga masih berkoordinasi dengan Dishubkominfo DIY untuk membahas rencana rekayasa lalu lintas untuk mengatasi masalah kemacetan itu sebelum menambah infrastruktur baru. Apakah masih memungkinkan penanganan kemacetan cukup dengan rekayasa lalu lintas atau traffic light system saja. Sebab, penambahan infrastruktur jalan justru menjadi boomerang menjamurnya jumlah kendaraan pribadi di Yogyakarta.

“Nanti kami lihat bagaimana rekayasa dari Dinas Perhubungan. Apakah mungkin rekayasanya bisa (mengatasi kemacetan) tanpa perlu menambah flyover,” ujarnya.

Hal serupa disampaikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X saat melantik Kepala Dishubkominfo DIY yang baru, Budi Antono di Bangsal Kepatihan, Rabu (8/1). Menurutnya, solusi teknis berupa pelebaran jalan, pembangunan underpass maupun flyover hanya akan menjadi magnet bagi masyarakat untuk membeli kendaraan baru. Hal itu justru yang memperparah kemacetan. Sebab, 85 persen masyarakat Yogyakarta masih bergantung pada kendaraan pribadi. Belum mau beralih ke transportasi publik

“Akar masalah kemacetan adalah dominasi kendaraan bermotor. Itu dikarenakan minimnya armada angkutan massal, buruknya pelayanan angkutan umum serta diabaikannya moda transportasi nonmotor,” tegas HB X.

Padahal, kondisi kemacetan itu harus segera diurai mengingat akan dibangunnya megaproyek bandara internasional sekaligus pabrik baja di Kulonprogo. System transportasi dan perhubungan DIY harus diperbaiki secepatnya untuk menciptakan situasi kondusif menjelang pembangunan dua megaproyek itu. Sebab, beroperasinya bandara baru akan berdampak ganda di sektor jasa, perdagangan, industry dan investasi. Begitu juga dengan kehadiran pabrik baja milik PT Jogja Magasa Iron (JMI) yang dinilai akan menjadi big push tumbuhnya industri pendukung di kawasan hinterland.

“Jika keduanya (bandara dan pabrik baja) sudah beroperasi, beban lalu lintas kota akan melebihi carrying capacity. Tantangan juga semakin kompleks. Karena itu system transportasi terpadu yang sustainable jadi isu sentral yang harus ditanggapi serius,” papar pria yang juga bertahta sebagai Raja Keraton Kasultanan Yogyakarta itu.

via tribunnews.com

 

Baca Juga

Antara Aku dan Yogyakarta: Mulai dari Kisah Cinta Hingga Cara Hidup yang Manusiawi

7 Wisata Tersembunyi di Yogyakarta yang Layak Dijadikan Tujuan Liburanmu Berikutnya

8 Kuliner Ekstrem yang Sayang Dilewatkan Saat Kamu Bertandang ke Yogyakarta