#YOGYAKARTA — DIY terpilih menjadi pilot project program Pengembangan Ekosistem Green Economy untuk Mendukung Net Zero Emission (NZE) Berbasis Keterlibatan Masyarakat di DIY. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X pun menyambut baik serta mendukung implementasi program inisiasi PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) yang dinilai mendorong pembangunan berkelanjutan dan selaras dengan “Hamemayu Hayuning Bawana”.
Sri Sultan mengutarakan hal demikian dalam acara Pengembangan Ekosistem Green Economy untuk Mendukung Net Zero Emission (NZE) Berbasis Keterlibatan Masyarakat di DIY pada Selasa (14/03). Kegiatan tersebut digelar di Dusun Ngrejek Wetan, Desa Gombang, Ponjong, Gunungkidul, Yogyakarta.
“Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya khususnya kepada PT PLN EPI yang telah bisa bekerja sama baik dengan Pemerintah Daerah maupun Keraton. Menyangkut masalah biomassa dari tanaman yang akan ditanam nanti, kami sangat sependapat maupun mendukung karena program itu juga bagian dari Sustainable Development Goals (SDGs),” ujar Sri Sultan.
Sri Sultan menuturkan, filosofi DIY yakni Hamemayu Hayuning Bawana identik dengan SGDs. Filosofi Hamemayu Hayuning Bawana yaitu definisi dari memperindah dunia yang pada dasarnya memang diciptakan indah adanya. Ini adalah filosofi tentang melindungi keselamatan dunia, baik lahir maupun batin, dimana harmoni antara manusia dengan bumi dan segala isinya menjadi kunci utamanya.
“Karena bagi kami itu kekuatan. Selama ini kami juga mencoba untuk menjaga lingkungan di DIY ini nyaman bagi masyarakat. Sehingga terkait dengan ekosistem yang ada di Jogja, saya mendukung sekali program seperti ini ya, karena tidak akan merusak lingkungan tapi justru bisa sesuai dengan kepentingan-kepentingan kita,” jelas Sri Sultan.
Sri Sultan pun berharap, program yang menjadi bagian dari SDGs tersebut benar-benar bisa dilaksanakan dengan baik. Pun memberikan manfaat seperti menumbuhkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat yang dilibatkan.
Program Pengembangan Ekosistem Green Economy untuk Mendukung Net Zero Emission Berbasis Keterlibatan Masyarakat di DIY ini dilaksanakan di dua kalurahan di wilayah Gunungkidul yaitu Kalurahan Karangasem dan Gombang. Program ini bertujuan untuk menyediakan pakan ternak bagi warga di dua kalurahan tersebut.
Sebagaimana diketahui, Gunungkidul merupakan kabupaten yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dan peternak. Karena itulah Gunungkidul dikenal sebagai salah satu lumbung ternak di DIY. Namun terdapat persoalan mendasar yang dialami pemilik ternak di sebagian wilayah yakni kurangnya pakan ternak ketika musim kemarau.
Melalui program Pengembangan Ekosistem Green Economy untuk Mendukung Net Zero Emission Berbasis Keterlibatan Masyarakat di DIY ini, sebanyak 50.000 bibit pohon pakan ternak yakni Gamal, Indigofera, Gmelina atau Jati Putih, dan Kaliandra Merah ditanam penduduk di dua kelurahan tersebut secara bergotong-royong. Dalam program ini, warga adalah pelaku sekaligus penerima manfaat. Warga dilibatkan dalam menentukan jenis bibit tanaman sesuai dengan kebutuhan untuk mengatasi persoalan kekurangan pakan. Dengan keterlibatan masyarakat di tiap hasil pelaksanaan program warga akan punya rasa memiliki dan turut berupaya maksimal, menjaga dan memastikan keberhasilan program ini.
Bibit tanaman Gamal, Indigofera, Gmelina atau Jati Putih, dan Kaliandra Merah merupakan tanaman multifungsi. Daunnya bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ranting-rantingnya bisa dimanfaatkan untuk menjadi biomassa serbuk kayu yang akan mendukung program co-firing biomassa di PLTU.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo saat ditemui rekan media seusai acara menyampaikan dalam program ini, 50.000 bibit tanaman yang telah ditanam di tanah seluas 30 hektar, dalam kurun waktu 6 bulan sudah bisa dipanen daunnya untuk pakan ternak. Sementara dalam kurun waktu satu sampai satu setengah tahun rantingnya bisa dimanfaatkan sebagai energi untuk PLTU batu bara.
“Jadi ini dijadikan co-firing, kami campur dengan batu bara sehingga PLTU batu bara kami yang tadinya hanya menggunakan batu bara bisa memproduksi energi baru terbarukan. Di Gunungkidul ini hanyalah sebagai pilot project, sehingga ini akan kami aplikasikan bukan hanya di Yogyakarta saja tapi juga di tingkat nasional,” ucap Darmawan.
Sementar Direktur Utama PT PLN EPI Iwan Agung F. menyampaikan, PLN Energi Primer Indonesia (EPI) yang merupakan salah satu subholding PLN memiliki direktur biomassa yang bertugas mengawal pemenuhan biomassa di seluruh pembangkit di Indonesia. Biomassa menjadi bahan bakar pembangkit listrik melalui co-firing.
“Jadi batu bara di PLTU itu dicampur dengan biomassa dapat berupa kayu ada berupa sampah berupa sekam, bonggol jagung, dan lain-lain dan ini merupakan bahan bakar hijau yang nantinya menjadi net zero karbon dan berperan mengurangi emisi karbon,” kata Iwan.
Dikatakan Iwan, pada pilot project kali ini PLN EPI beserta masyarakat sudah menanam 50.000 batang pohon pada tanah seluas 30 hektar di Kalurahan Karangasem dan Gombang. Ada 1700 KK yang mendapatkan 12 bibit untuk ditanam di pekarangan rumah, sementara 30 ribu bibit pohon sisanya ditanam di Tanah Kas Desa dan Tanah Kasultanan di masing-masing Kalurahan.
Pada kesempatan tersebut, turut dilaksanakan penandatanganan nota kesepakatan bersama, antara PT PLN (Persero) dengan Pemerintah Daerah DIY tentang pengembangan potensi daerah dalam mendukung transisi energi dan Net Zero Emission. Demikian pula penandatanganan nota kesepakatan bersama antara Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat dengan PT PLN EPI tentang pemberdayaan masyarakat DIY dalam mendukung transisi energi dan Net Zero Emission.
(Humas Pemda DIY)