Satu 1 Suro atau malam 1 Suro dinilai memiliki makna mistis lebih dalam dibandingkan dengan hari-hari biasa.
Di Yogyakarta, ada tradisi tapa bisu mubeng beteng Kraton Yogyakarta pada malam 1 Suro. Tapa bisu adalah tradisi yang dilakukan oleh Abdi Dalem Kraton Yogyakarta yang digelar setiap malam 1 Suro sesuai penanggalan kalender Jawa. Tapa bisu dilakukan dengan berjalan kaki mengelilingi benteng Kraton Yogyakarta di malam hari tanpa berbicara. Tradisi Mubeng Beteng dengan Tapa Bisu diprakarsai oleh Sultan Agung, Raja Mataram Islam pertama.
Dulunya, ritual ini dilakukan oleh para prajurit Keraton. Tidak sekedar tradisi, tapi kegiatan tersebut juga dalam rangka mengamankan lingkungan Kraton. Lantaran saat itu belum ada benteng yang mengitarinya
“Mereka berjaga sambil berdoa mohon kedamaian dan keselamatan untuk pemimpin,” kata Wijoyo.
Sebagai tradisi, Mubeng Beteng tidak mengalami perubahan sedikitpun sejak pertama kali dilakukan. Semuanya masih sama, di mana ritual tersebut memutar mulai dari sisi kiri atau barat Kraton. Arah ini sesuai falsafah Jawa. Menurut Wijoyo, tujuan Mubeng Beteng adalah ngiwake atau membuang hal-hal buruk.
Selengkapnya baca TribunJogja | foto @kratonjogja (ig)

Baca juga
8 Kuliner Ekstrem yang Sayang Dilewatkan Saat Kamu Bertandang ke Yogyakarta
Antara Aku dan Yogyakarta: Mulai dari Kisah Cinta Hingga Cara Hidup yang Manusiawi
9 Coffee Shop di Jogja yang Asyik Buat Nongkrong Sambil Garap Tugas