JOGYA – Badai matahari adalah fenomena yang menarik perhatian, terutama ketika cuaca panas melanda kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Medan pada tanggal 11, 12, dan 13 Oktober 2024.
Menurut NASA, badai matahari merupakan ledakan besar yang mengeluarkan partikel, energi, dan medan magnet dari Matahari ke seluruh tata surya. Fenomena ini terjadi ketika medan magnet di permukaan Matahari mengalami kekusutan, yang memicu proses yang dikenal sebagai ‘rekoneksi magnetik’. Proses ini menghasilkan berbagai peristiwa menarik, termasuk suar matahari dan lontaran massa korona (CME).
Ketika badai matahari mengarah ke Bumi, dampaknya dapat menyebabkan gangguan pada medan magnet Bumi, yang dikenal sebagai badai geomagnetik. Meskipun tidak membahayakan manusia secara langsung berkat perlindungan atmosfer dan medan magnet Bumi, efeknya dapat dirasakan dalam bentuk pemadaman listrik, gangguan komunikasi, serta keindahan aurora yang menghiasi langit malam.
Ada tiga fenomena utama yang dihasilkan oleh badai matahari, yaitu suar matahari, badai radiasi, dan lontaran massa korona. Suar matahari adalah kilatan cahaya yang dapat mengganggu sinyal radio di Bumi, sedangkan CME adalah awan besar material yang meluncur dari Matahari dengan kecepatan tinggi dan dapat memengaruhi medan magnet Bumi.
Saat badai matahari terjadi, partikel yang terlontar dapat melesat melintasi ruang angkasa dan mencapai Bumi dalam waktu beberapa hari. Meskipun sebagian besar radiasi ini tidak membahayakan kehidupan, dampaknya terhadap teknologi kita bisa sangat signifikan.
Selengkapnya baca TribunTrends
Baca Juga
Antara Aku dan Yogyakarta: Mulai dari Kisah Cinta Hingga Cara Hidup yang Manusiawi
7 Wisata Tersembunyi di Yogyakarta yang Layak Dijadikan Tujuan Liburanmu Berikutnya
8 Kuliner Ekstrem yang Sayang Dilewatkan Saat Kamu Bertandang ke Yogyakarta