Suhu udara Yogya hari-hari terakhir ini memang terasa panas sehingga membuat badan gerah. Menurut Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stasiun Geofisika Yogyakarta, Toni Agus Wijaya, kondisi ini disebabkan karena posisi matahari tepat berada di atas DIY.
Kondisi tersebut, menurutnya, biasa terjadi setiap musim pancaroba (peralihan) pada bulan Maret dan Oktober. Karena itu masyarakat diminta tidak perlu panik. Selain kondisi tersebut masih dalam kategori normal, berdasarkan pengalaman, tidak akan berlangsung lama.
“Memang kondisi cuaca di wilayah DIY dalam beberapa hari terakhir tergolong cukup panas. Namun suhu maksimumnya masih tergolong normal, karena berkisar antara 34 derajat Celcius sampai 35 derajat Celcius. Meski banyak orang mengeluh karena kurang nyaman, tapi tidak perlu panik. Karena suhu panas tidak berkaitan dengan gangguan cuaca, tapi disebabkan posisi matahari yang ada di atas DIY,” paparnya.
Toni menyatakan, setiap awal Maret dan Oktober posisi matahari tegak lurus di atas DIY. Tidak mengherankan jika pada masa-masa tersebut kondisi cuaca di DIY cenderung panas. Meski begitu bukan berarti DIY sudah masuk dalam musim kemarau. Sebab berdasar data yang ada musim kemarau di DIY baru akan terjadi pada awal Mei 2014 mendatang.
“Sebenarnya sejak 7 Maret kemarin, posisi matahari sudah mulai bergeser ke arah Utara. Tapi karena cuacanya cukup cerah dan pengaruh dari kelembaban udara, jadi suhu masih terasa panas,” ungkap Toni.
Toni mengungkapkan, saat ini wilayah DIY sudah memasuki musim pancaroba. Biasanya dalam musim pancaroba, cuaca sering mengalami perubahan secara tiba-tiba, sehingga bisa memicu terjadinya angin kencang. Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, masyarakat diimbau lebih waspada dan melakukan antisipasi sejak dini. Diantaranya dengan memangkas pohon yang rimbun dan rapuh.
via krjogja